Washington/San Fransisko (ANTARA News) - Facebook mengumumkan petugas Rusia membuat 129 acara di jaringan media gaulnya selama kampanye Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016, demikian kesaksian Facebook kepada Kongres, yang memberikan titik terang terhadap dorongan disinformasi oleh Rusia kepada pemilih AS.
Industri media sosial itu, dalam pernyataan tertulis kepada anggota parlemen AS yang disiarkan pada Kamis (25/1) dan 8 Januari 2018, mengemukakan bahwa 338.300 alamat Facebook berbeda melihat acara tersebut, dan ada 62.500 ditandai bahwa mereka akan hadir.
Namun, perusahaan media jejaring sosial tersebut mengatakan tidak memiliki data tentang acara yang terjadi.
Jaringan terbesar media gaul di dunia tersebut mengungkapkan bahwa pada September 2016 pihak Rusia membuat "beberapa acara, yang diiklankan".
Salinan halaman acara, yang telah muncul sejak saat itu, menunjukkan bahwa setidak-tidaknya beberapa di antaranya adalah unjuk rasa politik berpusat pada topik memecah belah, seperti imigrasi.
Rusia menyangkal kesimpulan badan intelijen AS bahwa mereka mencoba untuk ikut campur dalam demokrasi AS.
Facebook menyampaikan rinciannya ke Kongres bulan ini sebagai tanggapan atas pertanyaan tertulis dari Komite Intelijen Senat AS.
Pihak Facebook melaporkan bahwa mereka telah menemukan "tumpang tindih" antara pemasaran dalam jaringan yang dilakukan pada 2016 oleh agen Rusia dan oleh pendukung kampanye Presiden Donald Trump, serta menyebutnya "tidak signifikan."
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa pihaknya tidak berada dalam posisi untuk membenarkan atau membantah tuduhan adanya kolusi antara kedua kubu tersebut.
Trump menyangkal adanya kolusi dan telah menyebut penyelidikan oleh panel kongres dan penasihat khusus sebagai perburuan pihak yang yang memiliki paham berseberangan.
Facebook sebelumnya mengatakan bahwa sekitar 126 juta orang AS kemungkinan telah melihat konten politik yang didukung Rusia di Facebook selama periode dua tahun, dan 16 juta itu mungkin telah terpapar informasi Rusia melalui Instagram.
Facebook, Twitter dan Google bersaksi tentang penyalahgunaan layanan mereka sebelum tiga komite kongres pada Oktober dan November 2017.
Dalam tanggapan tertulisnya untuk menindaklanjuti pertanyaan, Facebook mengatakan bahwa tahun lalu telah menghapus Kaspersky Lab yang berbasis di Moskow dari daftar penawaran anti-virus gratis kepada pengguna yang pergi ke situs media sosialnya dari komputer yang mungkin terinfeksi dengan kode berbahaya.
Facebook menyatakan tidak lagi menyediakan Kaspersky Lab sebagai pilihan anti-virus yang direkomendasikan, namun pihaknya tidak dapat dengan mudah merekonstruksi berapa banyak pengguna Facebook yang mengunduh perangkat lunak Kaspersky.
Lab Kaspersky telah berulang kali membantah tuduhan oleh pejabat keamanan AS bahwa perangkat lunaknya dapat memungkinkan spionase Rusia, sebuah ketakutan yang menyebabkan Pemerintah AS tahun lalu melarang penggunaan produknya di jaringan komputer pemerintahan federal.
Seorang juru bicara Kaspersky tidak segera menanggapi permintaan untuk memberi komentar mengenai kesaksian tersebut.
Facebook mengatakan bahwa pihaknya juga sedang dalam proses "menghapus penggunaan internal produk anti-virus Kaspersky yang berbeda" yang tidak mengirimkan data kembali ke Kaspersky Lab. Pihaknya tidak menyebutkan produknya.
Dalam tanggapan tertulis yang terpisah, Google mengatakan bahwa Kaspersky Lab belum disetujui untuk digunakan dalam sistem perusahaannya dan bahwa tinjauan tersebut tidak menemukan adanya pemasangan produk tersebut. Twitter juga mengatakan tidak menggunakan Kaspersky Lab.
Facebook juga mengatakan akan mengambil langkah penting dalam beberapa minggu mendatang untuk memberi tahu pengguna soal alat dalam jaringan, yang diluncurkan pada bulan lalu, yang memungkinkan mereka memeriksa apakah telah mengikuti atau menyukai halaman Facebook maupun alamat Instagram terkait dengan Badan Penelitian Internet, yang dicurigai sebagai kelompok penghasut Rusia.
Pewarta: Administrator
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018