Pontianak (ANTARA News) - Usaha Kecil Menengah (UKM) di daerah yang berbatasan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura perlu penanganan khusus karena maraknya industri serupa yang produknya dijual ke Indonesia.
"Perlu kreatifitas dari kepala daerah maupun kepala dinas yang wilayahnya berbatasan dengan negara tetangga supaya produk UKM yang dihasilkan mampu bersaing," kata Menteri Negara (Menneg) Koperasi dan UKM (KUKM) Suryadharma Ali di sela penancapan tiang pertama Borneo Convention Center (BCC) di Pontianak, Rabu.
Ia mengatakan, negara tetangga banyak membangun industri yang mengolah sumber daya alam serta makanan minuman. Hasil dari industri-industri tersebut kemudian dijual ke Indonesia sehingga UKM yang menjual produk serupa menjadi tertekan.
"Untuk menyaingi produk dari luar, UKM Indonesia harus mempersiapkan diri sehingga bisa menyamai atau bahkan lebih baik lagi," ujarnya.
Ia mencontohkan produksi makanan dari talas buatan Malaysia yang dikemas dengan baik dan terasa nikmat. Suryadharma yakin talas tersebut bukan berasal dari Malaysia melainkan Kalbar karena dikenal sebagai penghasil talas berkualitas tinggi.
Menurut Menneg Suryadharma, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas UKM dengan menghidupkan sektor riil di perbatasan. "Kepala daerah yang memiliki wilayah perbatasan negara harus mampu menghidupkan sektor riil sehingga UKM akan lebih terpacu untuk meningkatkan kualitasnya," kata Suryadharma.
Kementerian KUKM, lanjutnya, siap mengucurkan dana untuk mendukung pengembangan dan pemberdayaan sektor koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) di kawasan perbatasan.
Selain itu, terhadap produk-produk KUMKM Indonesia yang rentan "dibajak" pihak luar, Kementerian KUKM telah menjalin kerja sama dengan Departemen Hukum dan HAM berupa fasilitas kemudahan perizinan. "Fasilitas tersebut seperti pembiayaan dan kemudahan KUMKM Indonesia mengajukan hak paten produk lokal," katanya.
Sementara itu, BCC yang diperkirakan menelan biaya Rp35 miliar, akan menjadi pusat promosi untuk KUMKM se-Kalimantan. Menurut Suryadharma Ali, BCC memiliki nilai strategis karena ke depan akan terhubung dengan jalan raya lintas Kalimantan yang dapat menjangkau empat provinsi.
Posisi Kalbar yang berbatasan dengan negara tetangga, merupakan peluang sekaligus ancaman yang harus dikelola secara baik terutama menghadapi "serbuan" produk-produk impor.
Ia mengharapkan, BCC dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku KUMKM produsen untuk menggarap potensi dan peluang pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri yang masih sangat besar.
Selain Pontianak, Kementerian KUKM juga telah membangun pusat promosi KUMKM di Jakarta (SME`sCO Promotion Center) dan Makassar (Celebes Convention Center).
Kepala Badan Koordinasi Koperasi, Promosi, Penanaman Modal dan Investasi (Bakomapin) Kalbar, M Zeet Hamdy Assovie mengatakan, BCC ditargetkan selesai dibangun pada 2009.
Luas areal untuk pembangunan BCC mencapai empat hektar. "Nanti akan dibangun komplek untuk sejumlah instansi yang ada di sekitar BCC seperti Bakomapin dan Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja)," ujar M Zeet.
Sumber pendanaan dibagi antara APBN (Kementerian KUKM) yakni Rp10 miliar (tahun 2008) dan Rp5 miliar (2009). Sedangkan APBD Kalbar selama dua tahun mulai 2008 masing-masing Rp10 miliar.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007