Jakarta (ANTARA News) - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) melakukan kajian akademis yang mengarah pada adanya dugaan terjadi perang semu antar operator seluler di Indonesia. "Kepemilikan atas pangsa pasar yang tinggi mengakibatkan mekanisme pasar tidak dapat bekerja secara optimal," kata Direktur Utama PT Indef Eramadani (INDEF), Dr M Fadhil Hasan, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, kondisi yang terjadi pada bisnis telepon seluler di tanah air menunjukkan bahwa pasar GSM Indonesia sebenarnya berstruktur duopoli. "Dua perusahaan dengan share market terbesar yang berbeda tidak menunjukkan perilaku yang kompetitif," katanya. Penguasaan yang dominan tersebut menimbulkan dugaan terdapat praktek-praktek kurang sehat yang melanggar UU nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Intinya peraturan melarang kesepakatan, aktivitas, dan penyalahgunaan dari dominasi suatu perusahaan untuk melakukan misalnya oligopoli, penentuan dan diskriminasi harga, predatory pricing, pembagian pasar, dan oligopsoni. Ia mengatakan, operator-operator seluler di Indonesia sangat diuntungkan dengan struktur pasar yang mengarah pada oligopoli tersebut. "Dengan tingginya tingkat konsentrasi yang dimiliki oleh operator maka dia mempunyai kekuatan pasar untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi," katanya. Menurut Fadhil, dengan semakin sedikitnya jumlah perusahaan ditambah dengan adanya dugaan cross ownership maka akan mempermudah operator-operator tersebut berkolusi. Industri telekomunikasi di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat meskipun kontribusi subsektor telekomunikasi nasional dari 1999-2003 masih berada pada kisaran 1-3 persen produk domestik bruto (PDB). Berdasarkan data dari Dirjen Postel tercatat per September 2006, jumlah pelanggan telepon GSM di Indonesia telah mencapai 53 juta pelanggan. Pangsa pasar telepon seluler itu didominasi oleh dua operator yaitu Telkomsel dan Indosat yang keduanya menguasai 84,4 persen pangsa pasar telepon seluler GSM. Telkomsel sendiri menguasai 56,72 persen pangsa pasar, Indosat 27,71 persen, dan Exelcomindo sebesar 15,57 persen.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007