Padang Aro (ANTARA News) - Seorang warga Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), positif tertular rabies setelah digigit anjing dan harus dirujuk ke Singapura untuk mendapatkan Serum Anti Rabies (SAR).
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Solok Selatan Yuherdi di Padang Aro, Selasa, mengatakan Aidil Angga Putra (3), warga Jorong Sungai Rambutan, Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, dipastikan tertular rabies karena anjing yang menggigitnya mati selang dua hari kemudian.
"Setelah mendapat laporan dan diketahui anjing tersebut mati dua hari setelah menggigit korban, kami membawa kepala anjing tersebut ke laboratorium di Padang untuk mengecek apakah terjangkit rabies dan hasilnya positif," ujarnya.
Bocah tersebut digigit pada Minggu (14/1) tetapi baru dilaporkan kepada pihaknya pada Senin (15/1) sehingga terlambat mendapat penanganan.
Sebelum dirujuk ke Singapura korban sempat mendapat perawatan di Puskesmas setempat dan diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR).
Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Novirman mengatakan SAR tidak ada di Indonesia dan hanya ada di Singapura sementara mereka juga tidak mau menjualnya.
"Pihak rumah sakit di Singapura tidak mau menjual vaksin SAR dengan alasan mereka tidak menjual obat tetapi mengobati," katanya.
Dia menjelaskan, vaksin SAR tidak ada di Indonesia karena tidak bisa disimpan dalam waktu lama sedangkan penggunaannya jarang sekali.
"Dulu di Indonesia ada tetapi karena jangka waktu penyimpanannya sebentar jadi sekarang tidak disimpan lagi," ujarnya.
Dinas Pertanian Solok Selatan mencatat pada periode Januari 2018 sudah ada empat kasus gigitan anjing, dan satu positif rabies.
Sementara pada 2017 tercatat catat 133 kasus gigitan anjing dan satu dinyatakan positif rabies.
Untuk menekan angka gigitan pada 2017, Dinas Pertanian mengeliminasi 177 ekor anjing liar dan memberikan vaksin terhadap 2.044 ekor binatang peliharaan penyebar rabies seperti anjing, kucing dan kera.
Vaksin paling banyak diberikan untuk anjing karena banyak masyarakat setempat yang hobi berburu babi sehingga populasi binatang itu cukup tinggi.
Pewarta: Agung Pambudi P
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018