Kuala Lumpur (ANTARA News) - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan pada Selasa bahwa negara tersebut tidak akan mengulangi langkah pematokan mata uangnya terhadap dolar AS, menyoroti kepercayaannya terhadap ekonomi Malaysia ketika pemilihan umum semakin mendekat.
"Kami telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kami tidak akan pernah mengulangi tindakan tersebut (mematok ringgit terhadap dolar AS), percaya bahwa walaupun mungkin ada fluktuasi itu hanya jangka pendek, dalam jangka panjang tingkat ringgit akan mencerminkan kekuatan ekonomi Malaysia," kata Najib saat menyampaikan ceramah utamanya dalam sebuah konferensi.
Dalam upaya melindungi ekonomi Malaysia dari kerentanan eksternal dan memulihkan stabilitas keuangan selama krisis keuangan Asia pada 1997/98, kontrol kurs selektif diberlakukan oleh bank sentral Malaysia pada September 1998. Langkah-langkah ini diikuti oleh penetapan kurs nilai tukar ringgit di 3,80 dolar AS. Pematokan telah dihapus pada Juli 2005.
Najib mengatakan bahwa pematokan mata uang tersebut merupakan biaya berat bagi Malaysia, karena para investor dan pasar global kehilangan kepercayaan di Malaysia saat pematokan terlalu lama.
"Butuh waktu lama untuk memenangkan pasar (investor dan pasar global) kembali," katanya, menambahkan bahwa langkah tersebut akan menjadi bencana tak terbatas bagi ekonomi Malaysia dan kemakmuran Malaysia.
Najib juga menyoroti bahwa ringgit mengalami apresiasi 10,4 persen terhadap dolar AS tahun lalu, mencerminkan prospek ekonomi yang positif.
"Kenaikan ini mungkin sebagian didukung oleh pemulihan harga minyak mentah, namun juga mengindikasikan sentimen positif di antara investor dan pengakuan fundamental ekonomi dan keuangan Malaysia yang sangat baik," tambahnya.
Awal bulan ini, ringgit menembus level psikologis 4,00 terhadap dolar AS, demikian Xinhua.
(UU.A026/B/A026/A011) 23-01-2018 17:03:29
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018