Proses restrukturisasi dan penghapusbukuan, didukung oleh membaiknya ekonomi di 2018, bisa membantu pertumbuhan kredit."

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso memastikan penyaluran kredit di 2018 bisa lebih baik dari 2017, setelah perbankan melakukan restrukturisasi maupun penghapusbukuan kredit bermasalah.

"Proses restrukturisasi dan penghapusbukuan, didukung oleh membaiknya ekonomi di 2018, bisa membantu pertumbuhan kredit," kata Wimboh di Jakarta, Senin.

Wimboh mengatakan proses restrukturisasi maupun penghapusbukuan kredit bermasalah ini telah menghambat pertumbuhan kredit di 2017 yang hanya mencapai 8,24 persen, atau tidak mencapai target 11 persen.

Namun, ia memastikan penyaluran kredit bisa lebih tinggi di 2018 dan tidak hanya diberikan kepada sektor infrastruktur namun juga sektor riil maupun produktif yang bermanfaat untuk menggerakan perekonomian.

"Kita mengupayakan beberapa pembiayaan kepada sektor produktif dan aktivitas baru dengan menciptakan kluster-kluster baru di daerah lain di Indonesia, termasuk kepada petani, petambak atau nelayan agar bisa berkontribusi kepada kredit di 2018," ujar Wimboh.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah menambahkan restrukturisasi maupun penghapusbukuan kredit bermasalah yang dilakukan perbankan berpotensi mendorong pertumbuhan kredit di 2018.

Perbaikan iklim penyaluran kredit yang telah dilakukan juga memberikan dampak terhadap menurunnya "credit at risk" yang saat ini tercatat sebesar 9,6 persen, dari sebelumnya pada triwulan III-2017 sebesar 11,9 persen.

"Terdapat penurunan drastis yang lebih disebabkan upaya perbankan untuk menghapusbukukan kredit bermasalah serta konsolidasi korporasi untuk `leveling off` atau ekspansi. Ini berita baik di tengah-tengah membaiknya ekonomi," kata Halim.

Pada 2018, Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan sama-sama memproyeksikan pertumbuhan kredit pada kisaran 10 persen-12 persen.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018