Tulungagung (ANTARA News) - Warga untuk sementara dilarang melakukan segala jenis aktivitas di sekitar zona inti longsor di Desa Ngadimulyo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur demi menghindari pergerakan tanah susulan yang bisa memicu jatuhnya korban jiwa.
"Kami imbau warga untuk menjaga jarak aman dari titik lokasi longsoran," kata Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak saat jumpa pers di pendopo Kabupaten Trenggalek, Senin.
Tak hanya warga yang menonton dilarang berdiri terlalu dekat dengan titik material longsor.
Sebagian penduduk hingga petani juga diminta tidak beraktivitas di dekat jalur longsor, termasuk bercocok tanam maupun berkebun.
Sementara yang rumah tinggalnya berjarak cukup dekat dengan zona merah longsoran, kata dia, dimbau untuk mengungsi terutama setiap kali turun hujan dengan intensitas sedang maupun tinggi.
"Asumsi kami dan juga sama dengan hasil kajian awal yang dilakukan tim geologi dan geodesi, tanah masih labil. Besar dan luasnya tebing yang tergelincir hingga menutup akses utama antarkecamatan menyebabkan terjadi longsor susulan, terutama saat turun hujan deras," katanya.
Selain ancaman pergerakan tanah susulan di titik area yang sama, bencana tanah longsor yang terjadi di jalur utama Kampak-Munjungan, Trenggalek telah menyebabkan kerusakan kawasan hutan seluas empat haktar.
Wakil Administratur Perhutani Kediri Selatan Andy Iswindarto, mengatakan, lokasi longsor di Dusun Jedeg, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak tersebut masuk dalam kawasan lahan Perhutani Petak 146 D.
"Kalau luas induk kawasan itu 22,4 hektar, sedangkan yang terdampak longsor ini luasnya sekitar empat hektar," katanya.
Menurut warga, di daerah itu terdapat berbagai jenis tegakan, di antaranya pohon pinus, jabon, Sengon serta Pucung. Aneka jenis tanaman itu saat ini kondisinya hancur terseret dan tertimbun material longsor.
"Meskipun tegakannya banyak, tapi potensi longsor di wilayah tersebut sangat tinggi, karena struktur tanahnya gembur dan mudah lapuk apabila terkena air. Selain itu memiliki kemiringan lahan yang ekstrim," ujarnya.
Andy menjelaskan, tanda-tanda longsor itu sudah muncul sejak beberapa bulan yang lalu.
Di atas perbukitan di Petak 146 D, sebagian tanahnya ambles dan retak-retak, hal itu juga telah dilakukan oleh Perhutani bersama TNI dan Polri.
Dengan tanda-tanda tersebut pihaknya melakukan langkah antisipasi bersama pihak terkait agar tidak sampai menimbulkan korban jiwa, dengan memberikan imbauan kepada masyarakat.
"Karena kalau longsornya pasti akan terjadi. Mungkin kedepan yang perlu kami lakukan lebih dini adalah melakukan penutupan apabila terjadi retakan-retakan tanah, sehingga air tidak masuk dan memicu longsor," katanya.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018