Denpasar (ANTARA News) - Produk batik warna alam produk perajin Bali mulai banyak diminati, termasuk oleh kalangan wisatawan dari berbagai negara, namun sulit untuk bisa memenuhi permintaan pasar secara cepat. "Pesanan dari peminat di Bali dan dalam negeri lainnya maupun wisatawan asing terus meningkat, tetapi kami sulit untuk bisa memenuhinya secara cepat," kata pengusaha batik warna alam di Denpasar, Anak Agung Inten kepada ANTARA News, Rabu. Ditemui di stan pameran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-29 di Taman Budaya Denpasar, disebutkan bahwa pembuatan batik warna alam untuk sehelai kain saja bisa memerlukan waktu berbulan-bulan. Kalaupun dikerahkan tenaga perajin sesuai kebutuhan, untuk mendapatkan bahan baku pewarna alam juga tidak mudah. "Kami seringkali juga terbentur kesulitan mendapatkan akar, batang dan daun pepohonan sebagai bahan baku pewarna," ucap pemilik Puri Kebaya dan Batik Diamanta di Jalan Merdeka, Denpasar ini. Istri pengusaha AA Ngurah Darmaja ini menyebutkan, wisatawan asing yang sudah melihat-lihat hasil produksi batik warna alam, biasanya akan memesan beberapa helai kain yang diinginkan. Seperti dari Jepang, biasanya menyukai warna merah tua. Tetapi setelah diberi tahu harus menunggu beberapa bulan untuk bisa dikirim ke negerinya, banyak diantaranya yang kemudian meminta nantinya dilakukan konfirmasi dulu sebelum melakukan pengiriman dan penyelesaian pembayarannya. "Mereka inginnya pesan dan langsung bayar, kemudian kainnya bisa dibawa pulang saat kembali dari Bali. Ini yang agak sulit, sementara untuk membuat persediaan dalam jumlah banyak juga tidak gampang," kata Inten. Ibu dua orang putra dan putri ini menjelaskan, untuk membuat pewarna alam, seperti warna merah, diperlukan bahan akar mengkudu (Morinda Tinctoria). Lebih bagus lagi dari akar dan batang mangrove, namun kini tumbuhan pantai itu dilarang ditebang. Kemudian untuk warna biru bisa dari traum, nila dan tom (Indigofera Tinctoria). Warna kuning dan coklat dari kunyit (Curcuma Longa). Banyak lagi akar, batang dan daun tanaman yang bisa dibuat bahan pewarna, seperti dari tumbuhan pasak bumi, jati, dan lainnya, namun umumnya tidak bisa cepat didapat, atau tumbuhan itu sudah termasuk yang harus dilestarikan. Sementara proses pembuatan batik warna alam tidak bisa dilakukan seperti produk mesin, melainkan perajinnya harus benar-benar memiliki mood yang mendukung. Saat perajin bekerja tidak dengan senang hati, maka hasilnya akan gagal. Oleh karena itu perajin hanya bekerja membatik saat suasana hatinya benar-benar kondusif, dan jika sudah merasa malas, maka harus ditinggalkan sementara waktu untuk nantinya dilanjutkan lagi. "Sama seperti orang melukislah," ucapnya. Harga kain batik warna alam cukup bervariasi, sehelai kain berukuran panjang sekitar 2,5 meter, ada yang Rp150 ribu, Rp200 ribu, Rp300 ribu, hingga yang jutaan rupiah.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007
Mohon bisa di kirimkan ke saya alamt Email atau Telpun nya Sdr.Anak Agung, siapa tahu bisa bersinergi dengan saya "Batik Canting100-Bedono,Kab.Semarang ( http://batiktuliscanting100.blogspot.com ), Karena kami juga memproduksi Batik Tulis Warna Alam dan masih Butuh Pengembangan Market.
Salam,
Eko BS
indonesia
save ur