Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah sebesar 32 poin menjadi Rp13.347 per dolar AS setelah pada hari sebelumnya ditutup pada Rp13.315 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa mata uang dolar AS bergerak menguat terhadap rupiah meski terjadi "shutdown" atau penghentian sementara operasional pemerintahan di Amerika Serikat. Imbal hasil obligasi AS yang meningkat menjadi salah satu faktor penopangnya.
"Pergerakan imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang meningkat berimbas pada terapresiasinya laju dolar AS. Pelaku pasar pun memanfaatkan kondisi itu untuk beralih ke dolar AS," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas mengingat fundamental ekonomi nasional cukup kondusif seiring dengan inflasi yang stabil sehingga akan menjaga momentum pemulihan ekonomi.
"Selain itu, sentimen shutdown pemerintah AS juga dapat membatasi pergerakan dolar AS," katanya
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menambahkan bahwa "shutdown" pemerintahan AS dapat membuat investor menjauhi aset-aset keuangan dari Negeri Paman Sam itu sehingga apresiasi dolar AS bisa tertahan.
"Menjauhnya investor karena shutdown pemerintah AS serta adanya outlook untuk pengetatan moneter lebih lanjut dari bank sentral Jepang dapat membuat dolar AS bergerak turun," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (22/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.334 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.331 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018