Kami rasa shutdown AS paling lama 18 hari."

Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa "shutdown" atau penghentian sementara operasional pemerintahan di Amerika Serikat tidak berdampak negatif pada industri pasar modal domestik.

"Itu bukan sesuatu yang baru, AS pernah mengalami `shutdown` pada 2013 lalu, dan IHSG tetap mencatatkan kenaikan," ujar Direktur Utama BEI, Tito Sulistio di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan bahwa secara historis, shutdown pemerintahan di Amerika Serikat tidak berlangsung lama sehingga dampaknya tidak akan besar terhadap pasar modal domestik.

"Kami rasa shutdown AS paling lama 18 hari," ucapnya.

Shutdown merupakan konsekuensi dari adanya ketidaksepakatan antara Presiden dan Kongres dalam penyusunan anggaran Negara khususnya terkait pembiayaan.

Adapun departemen yang akan terkena efek penutupan sementara setidaknya Departemen Perdagangan, NASA, Departemen Ketenagakerjaan, Departemen Perumahan dan Departemen Energi.

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Hamdi Hassyarbaini menilai bahwa "shutdown" pemerintahan di Amerika Serikat tidak akan memberikan dampak negatif bagi pasar modal selama sifatnya jangka pendek.

"Waktu pemerintahan AS di pimpin Barack Obama pernah terjadi juga, selama 14 hari dan bursa kita baik-baik saja, namun kalau sampai berbulan-bulan mungkin baru ada dampaknya," katanya.

Sementara itu terpantau, indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI pada awal pekan ini (Senin, 22/1) ditutup menguat 9,63 poin atau 0,14 persen menjadi 6.500,52.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018