Banda Aceh (ANTARA News) - Pengamat sosial politik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Hamid Sarong, menilai para elit politik nasional masih belum bisa melepaskan "nafsu" merebut kekuasaan, sehingga masalah bangsa yang sedang diselimuti berbagai krisis terabaikan. Dekan Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, Hamid Sarong, mengemukakan hal itu menanggapi adanya gagasan koalisi partai-partai nasional seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Partai Golkar, di Banda Aceh, Rabu. "Saya melihat elit politik kita masih mementingkan kekuasaan di tengah nasib bangsa yang diselimuti berbagai masalah, terutama mereka yang belum pulih dari derita akibat bencana alam, seperti korban tsunami di Aceh dan lumpur panas Lapindo di Jawa Timur," katanya. Sementara itu, lima partai besar lainnya, yakni Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat (PD), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), juga mewacanakan untuk berkoalisi. Hamid Sarong menyatakan belum saatnya partai-partai besar itu memikirkan kekuasaan untuk merebut kursi pada Pemilu 2009. "Seharusnya mereka itu memikirkan masalah bangsa dan bersama-sama pemerintah mencari berbagai solusi mengatasi penderitaan rakyat, bukan kekuasaan," tegasnya. Kalau semua masalah bangsa terselesaikan dan ekonomi rakyat tumbuh dengan baik, maka para elit politik itu tidak salah jika mereka memikirkan kekuasaan dengan menggalang kekuatan untuk tujuan demokrasi menghadapi Pemilu, ujar dia. "Hingga saat ini persoalan bangsa belum tertangani dengan baik, ekonomi masih morat-marit dan pembangunan infrastruktur masih sangat terbatas, sementara hubungan antara elit politik (DPR) dengan pemerintah belum terlihat harmonis," katanya. Selain itu, Hamid mengatakan, bukan tidak mungkin jika "perang" antar elit politik itu akan berdampak pada perpecahan bangsa yang kini semakin kritis. "Rakyat sepanjang hari hanya menyaksikan bagaimana para elit politik bercengkrama dengan kekuasaan yang akhirnya menumbuhkan gejolak ingin berontak, karena muak atas pentas yang digelar orang-orang yang dulunya mereka pilih dan kini duduk di kursi kekuasaan (DPR)," katanya. Dipihak lain, Hamid Sarong yang juga alumnus Universitas Indonesia (UI) tersebut mengharapkan partai politik kecil tidak meniru apa yang dilakukan elit politik partai besar, karena dinilai sebagai ekspresi kegamangan menghadapi kecerdasan masyarakat negeri ini. "Rakyat kini sudah pintar dan selalu memantau perkembangan apa-apa yang dilakukan para elit itu. Karenanya, saya berharap agar partai kecil terus berperan membantu persoalan yang sedang dihadapi rakyat dan itu adalah peluang untuk besar pada Pemilu mendatang," katanya. Dia juga berharap agar para elit politik dari partai besar agar kembali mengedepankan hati nurani dan islah berbuat bagi kepentingan rakyat banyak ketimbang memikirkan kekuasaan. Masyarakat cerdas membaca apa yang dilakukan elit politik selama ini, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007