“Kita memberikan pelatihan, memberikan pembinaan kepada SDM industri agar bisa menghemat energi,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara dihubungi di Jakarta, Senin.
Ngakan mengatakan, Kemenperin dan UNIDO juga terus melakukan sosialisasi agar penghematan energi dapat dilakukan industri sebagai komitmen dalam melaksanakan penurunan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh industri.
“Kami sampaikan, penghematan energi bisa dimulai dari mematikan mesin yang sedang tidak diproduksi, mematikan lampu penerangan ketika tidak dibutuhkan atau memingatur pompa bahan bakar agar tidak menggunakan energi yang terlalu boros.
Menurut Ngakan, beberapa industri memang perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan penghematan energi, namun beberapa hanya perlu memperbaiki sistem manajerialnya.
Selain itu, Ngakan juga mendorong industri untuk melakukan pencatatan sebelum dan sesudah dilaksakannya penghematan energi, yang diharapkan dapat menurunkan penggunaan energi dan mengefisienkan penggunaannya.
“Nanti dari situ kita bisa lihat berapa energi yang dihemat setalah dilaksanakannya program ini,” ungkap Ngakan.
Kemenperin bersama asosiasi industri juga telah menghasilkan pedoman-pedoman teknis penurunan emisi gas rumah kaca di beberapa sub sektor industri yang lahap energi, misalnya membuat pedoman teknis penurunan emisi CO2 di industri semen dan pedoman teknis penurunan emisi gas rumah kaca di industri pupuk.
Tujuan penyusunan berbagai pedoman ini adalah untuk memberikan panduan bagi industri dalam melakukan upaya-upaya efisiensi energi dan upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC), sektor industri mempunyai tanggung jawab untuk menurunkan emisi GRK yang berasal dari penggunaan energi di delapan subsektor industri lahap energi, Industrial process and product use (IPPU) dan limbah.
Salah satu industri yang menjadi fokus kementerian perindustrian adalah industri semen.
Sejak 2014, Kemenperin secara aktif bersama sama dengan Aosiasi Semen Indonesia memberikan perhatian terkait upaya penurunan emisi CO2 di industri semen melalui kegiatan penurunan clinker ratio dan penggunaan bahan bakar alternatif untuk mengurangi penggunaan batubara.
Bahan bakar alternatif yang digunakan antara lain dari biomass seperti sekam padi dan cangkang sawit, sludge limbah cair industri, dan Refuse Derived Fuel (RDF). Penggunaan RDF merupakan pengelolaan sampah dengan pendekatan Waste to Energy (WTE).
“RDF selain bisa digunakan untuk subtitusi bahan bakar di industri semen (kiln), juga bisa digunakan untuk pembangkit listrik, boiler, kombinasi panas dan pembangkit listrik,” ujar Ngakan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018