Madrid (ANTARA News) - Badan Perbatasan Eropa, Frontex, memperkirakan peningkatan lebih lanjut jumlah pendatang gelap ke Spanyol melalui laut pada tahun 2018 setelah angkanya meningkat dua kali lipat pada 2017, seiring dengan penggunaan kapal cepat.
Sedikitnya 22.900 orang terlacak saat mencapai Spanyol melalui Maroko atau Aljazair pada tahun lalu, meningkat dari jumlah 10.231 orang pada 2016. Kenaikan itu adalah peningkatan tajam, yang didorong perpindahan dari kedua negara di utara Afrika tersebut.
Direktur Frontex Fabrice Leggeri mengatakan bahwa meskipun pendatang gelap di Italia dan Yunani melalui Libya menurun, jumlah yang menggunakan jalur tersebut tetap di atas dari jumlah yang menuju ke Spanyol dan tidak ada tanda perubahan besar.
"Perantau ekonomi tidak ingin berakhir di sebuah negara tempat terjadi bentrokan di antara kelompok bersenjata. Ada yang mempertimbangkan untuk menemukan jalur lain," kata Leggeri merujuk kepada Libya, demikian Reuters, Jumat.
"Tapi, jumlahnya (kecil) tidak memungkinkan untuk mengatakan ada perpindahan," katanya.
Frontex memantau dengan seksama apakah ada pergeseran, katanya, dengan melihat negara-negara seperti Niger dimana migran dapat memilih untuk pergi melalui Libya ke Italia atau melalui bagian utara atau barat Afrika ke Spanyol.
Masalah di wilayah utara Maroko, bersamaan dengan membaiknya situasi ekonomi Spanyol telah berperan dalam meningkatnya pendatang gelap ke semenanjung Iberia, namun ada juga warga sub-Sahara yang menyeberang di sana, kata Leggeri sebelumnya pada sebuah konferensi pers.
Hampir 40 persen migran yang dicegat saat menyeberang melalui laut ke Spanyol adalah warga Aljazair dan Maroko, menurut data Frontex.
"Arus yang tiba dari negara-negara Maghreb ke Spanyol sangat mungkin meningkat (pada 2018)," kata Leggeri, dengan menambahkan bahwa kapal cepat, yang juga terkait dengan perdagangan narkoba, digunakan untuk memindahkan pendatang.
Frontex sedang menyelesaikan rencana agar operasi perbatasan di Mediterania barat, yang sejauh ini hanya bekerja di musim panas, berfungsi secara permanen, dengan penggunaan pengawasan udara yang meningkat, katanya.
Pada pekan lalu, pihak berwenang di Libya bagian timur mengatakan telah menangkap dan akan mendeportasi 81 pendatang gelap dari Eritrea, Ethiopia dan Somalia yang telah melarikan diri dari penyelundup manusia setelah gagal mencapai Eropa.
Para pendatang gelap tersebut dilaporkan ke pihak berwenang oleh seorang imam di sebuah masjid di kota pantai selatan Benghazi, kata beberapa pejabat.
Libya adalah titik keberangkatan utama bagi para migran yang berusaha mencapai Eropa melalui laut, dengan hampir 120 ribu orang melintasi Mediterania tengah tahun lalu.
Hampir semua berangkat dari Libya bagian barat, meski keberangkatan migran turun tajam pada Juli tahun lalu ketika beberapa faksi bersenjata mulai menghalangi penyeberangan. Sebagian besar migran berasal dari negara-negara Afrika Barat, meskipun beberapa orang Afrika Timur memasuki Libya melalui Sudan.
Tercatat 5.686 pendatang telah dipulangkan dari Libya bagian timur pada tahun lalu, naik dari 2.912 pada 2016.
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018