Sekolah yang berada di sebelah Pangkalan Futenma di Pulau Okinawa telah menjadi titik pusat kejengkelan Jepang atas kehadiran Amerika Serikat di pulau itu, sejak satu jendela jatuh dari helikopter Angkatan Laut Amerika Serikat ke taman bermain pada bulan lalu.
Angkatan Laut Amerika Serikat menyatakan, kesalahan dalam kejadian itu karena petugas lapangan yang gagal merapatkan jendela secara benar dan berjanji untuk mencoba terbang keliling sekolah ke depannya.
Serangkaian kejadian pesawat baru-baru ini, termasuk jendela yang jatuh dan pendaratan darurat oleh dua helikopter pada bulan ini, mendorong seruan baru di Okinawa agar Amerika dapat menutup sebagian atau seluruh pangakalan militernya.
"Ini tidak dapat diterima. Kami ingin Amerika Serikat mengatasi hal ini," demikian Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera.
Kementeriannya memiliki bukti yang jelas akan adanya penerbangan yang melewati batas area pada Kamis, termasuk data radar dan video, yang diberikannya kepada Angkatan Laut Amerika Serikat dan diungkap ke media, menurut Onodera.
Angkatan Laut Amerika Serikat bersikeras mereka telah berhasil menghindari area sekolah itu.
"Pilot dari penerbangan kemarin telah menyadari lokasi sekolah dan menghindarinya, dan Stasiun Udara Korps Angkatan Laut Futenma menyatakan dengan menggunakan data pelacak radar dan wawancara pilot bahwa tidak ada pesawat Korps Angkatan Laut yang terbang di atas sekolah kemarin," demikian pihaknya dalam sebuah pernyataan.
Guru dan siswa di sekolah dasar tersebut melakukan latihan kemarin untuk evakuasi tempat bermain jika terdapat bagian pesawat yang jatuh.
Berlokasi strategis di ujung Laut Cina Timur, Okinawa menampung sekitar 30.000 personil militer yang tinggal dan bekerja di pangkalan militer yang mencakup seperlima pulau. Okinawa berada di bawah pendudukan AS sampai 1972.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018