Medan (ANTARA News) - Pembiayaan proyek Pelabuhan Kuala Tanjung Tahap 1 membengkak menjadi Rp4 triliun atau sekitar sembilan persen lebih tinggi dari yang direncanakan semula yakni Rp3,7 triliun.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia I Bambang Eka Cahyana saat ditemui di Medan, Kamis, mengatakan pembangkakan terjadi karena eskalasi pembiayaan pembangunan dermaga dan beberapa fasilitas lainnya.
"Penambahan biaya ada sekitar sembilan persen karena eskalasi ini bangun dermaga sepanjang 2,87 kilometer. Kedalaman tiang pancang ternyata lebih dalam, kita perkirakan 40 meter ternyata rata-rata 65 sampai 70 meter," katanya.
Dia menambahkan sumber biaya tersebut seluruhnya berasal dari Pelindo I tanpa Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Rp4 triliun, enggak ada PMN satu rupiah pun," katanya.
Bambang menilai wajar terjadi eskalasi pembiayaan karena memang Pelabuhan Kuala Tanjung akan menjadi hub internasional di mana gerbang pengiriman produk-produk industri Pulau Sumatera akan dikirim melalui pelabuhan tersebut.
Dia menuturkan dengan adanya Pelabuhan Kuala Tanjung, maka barang tidak perlu lagi dikirim ke Jakarta kemudian baru dikirim ke luar negeri yang hanya menambah ongkos transportasi.
Bambang mencontohkan industri yang sudah ada, yaitu industri aluminium dari PT Inalum Tbk, untuk itu ia akan mengembangkan kawasan industri di Tahap II.
Selain itu, ia juga mendorong hilirisasi industri di sekitar pelabuhan karena akan menghemat biaya transportasi.
"Seperti Inalum, dia punya produksi 250 ton dikirim ke Surabaya dicairkan lagi, jadi velg, panci dan kusen, setelah dicairkan baru diekspor. Kenapa enggak bangun pabrik hilirisasi Inalum di situ, ongkos transportasinya lebih murah karena enggak perlu memindahkan bahan baku ke sana," katanya.
Untuk itu, dia mengatakan bagaimana mendorong hilirisasi produk agar volume barang bisa digenjot di Pelabuhan Kuala Tanjung.
Bambang mengatakan awal volume arus barang yang akan dimulai pada pengoperasian perdana Pelabuhan Kuala Tanjung Tahap 1 April mendatang, yaitu bisa mencapai 100.000 TEUs atau 20 persen dari kapasitas terminal.
"Sebetulnya 20 persen itu sudah bagus, saya yakin dalam lima tahun bisa satu juta TEUs," katanya.
Dia menambahkan selain itu, pihaknya juga akan mendorong melalui pemanduan Selat Malaka yang sudah diambil alih Indonesia untuk diarahkan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Kuala Tanjung.
"Kita sudah bergandengan dengan perusahaan asing dari China dan Eropa perusahaan yang besar-besar untuk ke Kuala Tanjung," katanya.
Saat ini, Bambang mengatakan pihaknya berfokus pada Tahap 1 sebagai gerbang industri di Sumatera dan sekitarnya.
"Sekarang kita fokusnya di Tahap 1 dulu, bagaimana Kuala Tanjung menjadi gerbang industri, di Palembang, Jambi `kan tidak ada pelabuhan dalam, jadi ke Kuala Tanjung," katanya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendorong Pelabuhan Kuala Tanjung akan menjadi gerbang industri di Sumatera.
Keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung mempunyai posisi penting yakni pemindahan barang (transhipment) dan pelabuhan untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
"Dan setelah beroperasi Pelabuhan Kuala Tanjung yang terintegrasi, ada pelabuhan, jalan tol, kereta api, maka investor mau investasi di KEK," katanya.
Menurut dia, saat ini "transhipment" kapal di Pulau Sumatera lebih dilakukan di negara tetangga Singapura dan Malaysia, dengan adanya Pelabuhan Kuala Tanjung kapal-kapal peti kemas dapat melakukan transhipment tanpa harus di negara tetangga.
"Sejauh ini tidak ada kendala dalam proses pembangunan, dengan ini diharap akan bisa menarik investasi. Keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung selain meningkatkan kinerja logistik dan daya saing Indonesia sehingga bisa berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi khususnya bagi masyarakat Sumatera Utara," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018