Jakarta, 26/6 (ANTARA) - Pencapaian tambahan produksi gula satu juta ton selama tiga tahun kedepan diperkirakan membutuhkan total investasi Rp8,2 triliun. "Program aksi ini memerlukan biaya investasi untuk merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas produksi sebesar Rp3,97 triliun dan pendirian Pabrik Gula (PG) baru sebesar Rp4,2 triliun," kata Deputi Kementrian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Agus Pakpahan dalam seminar "Prospek dan Peluang Pembiayaan Industri Berbasis Tebu", di Jakarta, Selasa. Menurut Agus, selama tahun 2007 jumlah investasi yang dibutuhkan untuk perluasan lahan perkebunan tebu dan rehabilitasi serta peningkatan kapasitas produksi PG mencapai Rp 532,17 miliar. Sedangkan untuk tahun 2008 sebesar Rp 2,14 triliun dan di 2009 sebesar Rp 1,5 triliun. Rencana pembangunan empat PG baru hingga tahun 2009 tersebut terdiri dari PG Benculuk (kapasitas 8.000 TCD/ton per hari), PG IGN (2.500 TCD), PG Kabupaten Belu, NTT (10.000 TCD), dan PG Jabar Selatan (5.000 TCD). Selain itu, juga diperlukan kredit usaha tani sebesar Rp2,5 triliun. "Dengan demikian, produksi gula nasional pada 2009 akan menjadi 3,52juta ton atau meningkat 1,21 juta ton dari produksi 2006 yang hanya 2,31 juta ton,"jelasnya. Dengan tambahan investasi tersebut diharapkan produksi gula nasional pada tahun 2009 akan mencapai 3,52 juta ton. Produksi tersebut antara lain sebesar 2,6 juta ton dari produksi gula milik BUMN, 778 ribu ton dari produksi pabrik gula swasta, dan 135 ribu ton dari pabrik gula baru yang didirikan. Meski demikian, peningkatan produksi gula nasional menjadi 3,52 juta ton pada 2009 belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi domestik yang mencapai 4 juta ton per tahun. "Upaya ini perlu mendapat dukungan kebijakan investasi, jaminan areal dan deregulasi perundangan, termasuk pembatasan pabrik gula rafinasi yang berbahan baku gula mentah impor," ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007