Kota Gaza (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Palestina dari Partai Hamas, Ismail Haniya, pada Selasa mengulangi kesediaannya untuk berunding dengan Presiden Palestina yang memecatnya, Mahmud Abbas, untuk mengakhiri krisis yang berasal dari penguasaan gerakannya atas Jalur Gaza. Berbicara dengan wartawan, Haniya menyambut baik imbauan Presiden Mesir Hosni Mubarak bagi dialog antar Palestina yang dibuat pada Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) empat pihak Timur Tengah di Mesir, Senin. "Kami menyambut hangat imbauan dialog yang dibuat Presiden Mubarak kepada rakyat Palestina. Kami merasa seruan ini mencerminkan satu pengertian yang baik atas rumitnya situasi, yang dapat diselesaikan hanya melalui dialog," katanya. "Mulai sekarang kami menegaskan bahwa kami siap untuk berdialog," tambah Haniya. Ia menolak mundur dari jabatannya kendati pun Abbas memecatnya dan membubarkan pemerintah yang dipimpin Hamas itu pada 14 Juni 2007. Mubarak mengeluarkan imbauan dialog antar Palestina untuk mengatasi perpecahan dalam KTT para pemimpin Timur Tengah termasuk Abbas dan PM Israel Ehud Olmert di kota wisata Sharm Al Sheik, Laut Merah Mesir itu. "Pertimbangan kita sekarang menegaskan perlunya mengakhiri perpecahan, dan menyatukan kelompok-kelompok Palestina melalui dialog," kata pemimpin Mesir itu. "Pemulaian kembali dialog antara semua anak Palestina dan tercapainya satu sikap bersama yang berbicara untuk rakyatnya dan perjuangannya, adalah satu kebutuhan segera yang dapat diambil tanpa ditunda," tambahnya. Lebih dari 110 orang tewas dalam konflik antar faksi Palestina antara Hamas dan Fatah yang secara efektif menghancurkan pemerintah Hamas yang berusia 15 bulan itu dan memecah belah rakyat Palestina dalam dua daerah yang berseteru di Gaza dan Tepi Barat, kutip AFP. Dalam KTT itu, PM Israel, Ehud Olmert, mengumumkan bahwa dirinya siap membebaskan 250 tahanan dari partai Fatah pimpinan Abbas dan menjanjikan tindakan-tindakan lain untuk membantu kehidupan 2,5 juta warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat yang diduduki. Tapi, Haniya tidak terpengaruh. Ia menolak janji-janji Olmert sebagai satu "tabir asap" dan menuduh "kaum penjajah tidak bersedia sama sekali menyerahkan kepada rakyat Palestina hak-hak mereka." (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007