Jakarta (ANTARA News) - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno akan mengawasi masuknya beras impor dari Thailand dan Vietnam dan lebih mengutamakan penggunaan beras dari petani.
"Jakarta akan fokus untuk beli beras lokal. Saya dan Arief dari Food Station akan langsung terus awasi bahwa fokusnya di lokal," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu malam.
Jadi cluster pangan bekerja 24 jam tujuh hari seminggu melaporkan beberapa komoditas yang sangat strategis terutama beras, cabe dan bawang. Ada kekhawatiran kalau suplai menipis dan juga rantai distribusi yang tersumbat, katanya.
"Nah ini yang kita pastikan jangan sampai ekspektasi pasar bahwa suplainya kurang direspon dengan baik oleh Pemerintah Provinsi DKI. Jadi kami berkoordinasi dengan pemerintah pusat dengan Bulog, meminta tambahan 5.000 ton untuk Food Station yang untuk beras operasi pasar dan 5.000 ton pasar untuk komersil," kata Sandiaga.
Dengan demikian stok yang ada di Food Station sebanyak 30.000 ton balik menjadi 40.000 ton, untuk mengirimkan pesan ke pasar bahwa Jakarta memiliki stok beras yang cukup, katanya.
"Dan saya sudah sampaikan ke Arief Nasrudin (Dirut Food Station), satu Arief lainnya yang ada di Pasar Jaya untuk memastikan ada tersumbatnya rantai distribusi. Dalam sehari dua hari lagi kami akan silaturahmi mendadak untuk memastikan dua hal ini bisa dipenuhi oleh BUMN," kata Wagub.
Operasi pasar yang dilakukan cukup efektif dan harga bisa turun. Sandiaga melihat tuduhan pedagang menimbun itu tidak ada, pedagang hanya kekurangan suplai.
"Makanya kami akan dorong terus. Dan anggapan ada yang nakal itu saya belum menemukan teman teman di pasar tradisional,"kata Sandiaga.
Wagub lebih setuju Bulog menyalurkan pasokan beras. Impor beras yang semula akan dilakukan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) akan dilakukan oleh Bulog dalam bentuk beras umum sesuai mandat Perpres No 48 Tahun 2016 dengan total volume impor sampai dengan 500 ribu ton.
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018