Jakarta (ANTARA News) - Jenderal TNI (Purn) Moeldoko yang baru saja dilantik sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) berjanji tidak akan langsung merombak pejabat-pejabat di lingkungan organisasi yang dipimpinnya itu.
"Kita tidak bicara hitam-putih ya. Kita sudah biasa melihat efektivitas sebuah organisasi itu ada cara melihatnya. Nanti bukan berarti kita langsung ganti pejabat, ganti. Enggak, bukan, bukan tradisi saya begitu," kata Moeldoko setelah serah terima jabatan dengan pejabat sebelumnya Teten Masduki di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Mantan Panglima TNI itu mengaku hal terpenting baginya yakni memberdayakan potensi yang sudah ada seoptimal mungkin.
Sementara terkait penyegaran organisasi, ia baru akan melihat dari kebutuhan organisasi itu sendiri.
Terkait penilaian sejumlah pihak tentang semakin banyaknya jenderal atau petinggi militer di sekitar Presiden Jokowi, Moeldoko menganggap hal itu sebagai sebuah variasi.
"Saya pikir sesuatu kalau bervariasi akan lebih indah dilihat. Kan begitu saja. Jadi semakin bervariasi, pasti banyak hal yang apa ya, kalau kita membuat keputusan itu mesti banyak berbagai pertimbangan. Makin banyak sumber, makin banyak hal-hal yang memperkaya seseorang itu untuk mendapatkan keputusan yang terbaik," katanya.
Pria kelahiran Kediri 8 Juli 1957 itu mengaku tidak bisa menilai Presiden yang dianggap oleh sejumlah pihak cenderung menyukai ketegasan tentara.
"Saya tidak bisa menilai Presiden. Intinya siapapun yang diberi kepercayaan oleh Presiden, sebuah kehormatan yang harus dijalankan. Bagi kita waktu masih berdinas, tugas adalah kehormatan, kehormatan adalah segala-galanya," katanya.
Melihat stuktur organisasi di KSP sendiri, Moeldoko mengatakan dengan lima deputi sudah cukup kuat untuk memonitoring kinerja kementerian/lembaga.
"Saya pikir dengan lima deputi saja sudah cukup kuat untuk bagaimana melihat kinerja di kementerian, istilah kita monitoring, setelah itu dari beberapa deputi akan bisa memberi masukan yang baik," katanya.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018