"Kalau mereka mau go public di sini, aturannya harus dibuat karena sementara ini tidak ada aturan khusus untuk model bisnis seperti ini. ini kan perusahaan rugi, tapi di luar negeri bisa listed dan tambah bagus. Sementara di Indonesia maunya berinvestasi di perusahaan untung. Padahal, game-nya kan dari apresiasi harga saham," ujar Rudiantara dalam seminar "Indonesia Outlook: How We Strive in Sharing Economy Era" di Jakarta, Rabu.
Maka itu, lanjut dia, semua ekosistem yang terkait dengan pasar modal, baik masyarakat atau ivestor, pengelola dana, serta pemangku kepentingan di pasar modal Indonesia harus memiliki pandangan yang sama.
Ia mengatakan salah satu faktor yang menjadi kendala bagi unicorn melakukan IPO yakni mengenai valuasi harga saham.
Penilaian perusahaan unicorn yang mayoritas bidang digital ada pada ekosistemnya yang bisa meningkatkan ekspektasi masyarakat.
"Saya harap kita segera menyiapkan ekosistem, apalagi kita sudah punya empat unicorn, jangan sampai IPO di luar yang memberi insentif lebih banyak," katanya.
Saat ini, lanjut dia, pihaknya fokus untuk menambah jumlah unicorn di Indonesia. Pada 2019, ia meyakini akan ada lebih dari lima perusahan di Indonesia yang bakal menyandang status unicorn.
"Sekarang kan ada empat, pada 2019 ada lima. Dengan strategi yang tepat akan lebih dari lima unicorn," ucapnya.
Sebagai upaya menambah jumlah unicorn, Rudiantara mengatakan pihaknya memiliki program "next Indonesia unicorn". Dengan program itu, diharapkan perusahaan startup di Indonesia dapat meraih modal dari investor.
"Perusahaan startup kalau mencari investor kan tidak mudah. Yang dilakukan adalah menjadi penengah antara startup di Indonesia, dilakukan penyeleksian, diinkubasi, lalu ajak roadshow ketemu investor, baik dalam maupun luar negeri," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018