Kakak korban, Ceng Ahmad (45) kepada wartawan, Rabu mengatakan, warga yang sedang adu muncang tiba-tiba berhamburan ketika polisi menggerebeknya di Kampung Padesan, Desa/Kecamatan Karangpawitan, Garut.
"Saya waktu itu lagi di dalam rumah, terus dengar suara tembakan tiga kali, saudara sama tetangga saya yang di luar lalu teriak ampun, ampun," kata Ahmad.
Ia menuturkan, adiknya bersama sejumlah warga digerebek oleh polisi karena diduga sedang praktik judi adu muncang.
Dalam penggerebakan itu, kata dia, terdengar beberapa kali tembakan hingga membuat warga di kampung setempat berhamburan keluar rumah untuk mengetahui suara tembakan tersebut.
"Ada suara tembakan yang keempat kali," katanya.
Ahmad bersama warga lain yang keluar rumah melihat korban Acep sudah terkapar, kemudian digotong oleh petugas kepolisian yang rencananya akan dibawa ke klinik terdekat.
"Waktu digotong, darahnya terus mengalir, saya nanya ke polisi mau dibawa ke mana, polisi bilang ke klinik soalnya jatuh," katanya.
Namun penjelasan polisi itu, kata Ahmad,membuat curiga warga, kemudian warga berhamburan keluar rumah, selanjutnya korban ditinggalkan oleh polisi.
Warga bersama keluarga membawa korban ke klinik untuk mendapatkan penanganan medis, tetapi akhirnya korban meninggal dunia.
"Adik saya didiamkan, sama keluarga lalu dibawa ke klinik, tapi saat di lokasi kejadian nyawanya memang sudah tidak ada," katanya.
Ahmad menyayangkan penggerebekan adu muncang tersebut hingga polisi mengeluarkan tembakan dan menimbulkan korban jiwa.
Selain itu, Ahmad menyesalkan penggerebekan itu tanpa sepengetahuan Ketua RT dan RW setempat, apalagi warga yang terjaring dalam penggerebekan tidak melakukan perlawanan.
"Sekarang kami minta autopsi dulu jenazahnya," katanya.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018