Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menerbitkan surat berharga negara berjangka pendek atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN) sebesar Rp1,9 triliun atau lebih rendah dari jumlah indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp2 triliun. "Kalau dalam lelang SPN, pemerintah tidak pernah melakukan upsize (menaikkan jumlah), yang bisa dilakukan adalah downsize (menurunkan jumlah)," kata Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto di Jakarta, Selasa. Rahmat menyebutkan, berdasar lelang yang dilakukan melalui sistem lelang Bank Indonesia, penawaran yang masuk terhadap SPN2008052801 mencapai Rp3,912 triliun. "Yield terendah yang masuk 8,125 persen sementara yield tertinggi yang masuk mencapai 10,25 persen," katanya. Menurut Rahmat, tingkat likuiditas di pasar masih tinggi sehingga pemerintah tidak khawatir peminat terhadap surat berharga negara akan turun. "Dari sisi jenis surat berharga negara, memang investor lebih cenderung memilih jenis yang jangka panjang karena hingga saat ini masih ada kecenderungan suku bunga turun sehingga mereka ingin melock up dengan tingkat bunga yang sekarang," kata Rahmat. Rahmat menyebutkan, untuk penerbitan SPN yang kedua ini, pemerintah memenangkan penawaran yang masuk sebesar Rp1,9 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 8,44539 persen. SPN itu berjangka waktu 11 bulan atau jatuh tempo pada 28 Mei 2008 dan tanggal setelmen/penerbitan pada 27 Juni 2007.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007