Banjar (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo membagikan 1.771 Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan 1.000 Program Keluarga Harapan (PKH) di kota Banjar.
"Hari ini dibagikan Kartu Indonesia Pintar sebanyak 1.771, semuanya diangkat biar keliatan semuanya 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 1.771 sudah betul. Kemudian ibu-ibu penerima PKH tolong diangkat kartunya ada 1.000 tidak? Kalau gak dihitung nanti keliru kan," kata Presiden di Taman Kota Lapang Bakti, Banjar, Jawa Barat, Selasa.
Dalam acara itu hadir juga Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa, Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wali Kota Banjar Ade Uu Sukaesih dan sejumlah pejabat lainnya.
"Jadi anak-anak semua tahu ya yang ada di Kartu Indonesia Pintar itu ada dananya, SD tahu? Ada Rp450 ribu, SMP Rp750 ribu dan SMA, SMK, Kejar Paket dapat Rp1 juta," tambah Presiden.
Rincian 1.771 siswa itu terdiri dari 653 pelajar SD, 555 pelajar SMP, 119 pelajar SMA, 297 pelajar SMK dan 147 dari kejar paket A, B dan C.
"Untuk SMA/SMK Rp1 juta cukup tidak di Banjar? Ndak? mana yang tadi bilang ndak? Rp1 juta tidak cukup ayo maju? Cukup ya bu wali?," tambah Presiden.
Presiden pun berpesan agar uang di kartu tersebut hanya dibelanjakan untuk kebutuhan pendidikan seperti membeli seragam, sepatu sekolah, tas sekolah, buku-buku.
"Beli pulsa boleh ndak? Siapa yang tadi bilang boleh? Sini maju. Tidak boleh untuk beli pulsa, kalau ada yang ketahuan beli pulsa, kartunya dicabut, janjian ya? Jadi hanya dipakai untuk hal-hal berkaitan dengan sekolah dan pendidikan kita," tegas Presiden.
Sedangkan bagi para ibu penerima PKH, Presiden juga berpesan agar dana senilai total Rp1,89 juta yang diterima dalam setahun harus digunakan untuk kebutuhan pendidikan maupun gizi anak-anak.
"Penerima PKH tahun 2017 sudah diambil semua? Tidak ada sisanya? Ada kan. Uangnya jangan dipakai semuanya, kalau sisa juga ada di tabungan Rp1,89 juta betul? Dipakai untuk anak-anak kita dalam menempuh pendidikan, untuk gizi anak-anak," ungkap Presiden.
Presiden bahkan mencontohkan cara menolak memberi uang kepada suami yang meminta uang rokoh dari PKH.
"Suami minta buat beli rokok boleh tidak? Tidak? Masa suami minta tidak boleh, nanti dikatakan tidak cinta suami. Tapi memang tidak boleh, diberitahu suaminya `Pak anggaran ini hanya untuk anak-anak kita untuk sekolah, pendidikan anak-anak kita, untuk beli bahan-bahan bergizi anak-anak kita, kalau beli rokok silakan cari sendiri, diberitahu seperti itu, jangan dibentak-bentak, nanti dimarahi Pak Presiden," jelas Presiden yang mengundang tawa para ibu.
Anggaran PKH juga sudah mulai bisa dicairkan per 1 Februari 2018 sebesar Rp500 ribu.
"Tadi disampaikan Bu Mensos, mulai Februari anggaran PKH Februari bisa diambil sebesar Rp500 ribu, mau diambil semuanya? Ibu-ibu ini semangat kalau mau cair aduh ibu-ibu. Tahun ini dapat Rp1,89 juta, doakan kalau tahun depan anggaran berlebih akan ditingkatkan lagi, setuju gak? Amin," ungkap Presiden.
Tidak ketinggalan Presiden membagikan sepeda kepada dua anak dan ibu yang berhasil menjawab kuis.
Sepeda pertama diberikan kepada Marsya dari SD 1 Banjar yang dapat melafalkan Pancasila dengan tepat. Selanjutnya ada Sumiati dari desa Waringin Sari yang juga bisa menyebutkan Pancasila dan terakhir kepada Yuliani Melinia dari SMKN 1 Banjar yang bisa menyebut 7 nama pulau di Indonesia.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengakui kemiskinan menjadi masalah di Jabar.
"Data BPS per September 2017 menunjukkan penduduk miskin dengan pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan ada 394 ribu jiwa menurun dari tadinya 8,71 persen pada maret 2017 menjadi 7,83 persen pada September 2017, ini penuruan terbesar sepanjang saya jadi gubernur selama 10 tahun," kata Aher.
Selanjutnya akses pendidikan juga belum merata di jabar.
"Rata-rata lama sekolah di kabupaten 7,22 tahun sedangkan di perkotaan 9,92 tahun. Angka partisipasi kasar sekolah menengah pada 2012 mencapai 67,56 persen dan 2016 di 72,62 persen," tambah Aher.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018