London (ANTARA News) - Kontingen Indonesia yang menampilkan kesenian Reog Ponorogo dan parade busana tradisional berbagai daerah serta tari Yapong mampu memukau pengunjung Parade Kebudayaan Frankfurt (Parade der Kulturen), yang digelar sepanjang jalan kota Frankfurt, Jerman, akhir pekan lalu. Parade yang diselenggarakan Pemerintah Kota Frankfurt itu bertujuan mempererat kebersamaan dan meningkatkan toleransi antarsuku bangsa yang tinggal di kota Frankfurt dalam melawan rasisme itu. Pada parade itu, kontingen Indonesia berhasil meraih penghargaan kedua. Kegiatan ini digelar setiap tahun, dan kali ini merupakan yang kelima diadakan kota Frankfurt. Kota ini merupakan pusat perbankan di Eropa, dan dihuni berbagai etnis masyarakat internasional. Parade atau pawai itu dimulai dari Unter Mainkai di sisi Sungai Main yang membelah kota Frankfurt, lalu mengelilingi pusat kota sejauh kurang lebih 3,5 km dan berakhir di Mainkai. "Acara ini menarik perhatian masyarakat Jerman yang memenuhi sepanjang jalan," kata Konsul Muda, Melati Irawati Mas`oed kepada ANTARA London, Sabtu. Peserta parade terbuka bagi seluruh organisasi masyarakat yang tinggal di kota Frankfurt. Dalam hal ini Indonesia diwakili oleh Persatuan Masyarakat Indonesia di Frankfurt (PerMIF) didukung penuh oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt. Menurut Konsul Jenderal RI-Frankfurt, Eddy Setiabudhi, acara ini sejalan dengan misi perwakilan RI di luar negeri, yaitu mempromosikan dan memperkenalkan budaya dan juga memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional. Parade yang diselenggarakan yayasan pemuda Frankfurt "Frankfurter Jungendring Society" itu mendapat dukungan pemerintah kota Frankfurt, kantor urusan sosial dan pemuda, serta berbagai lembaga dan sejumlah individu. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat kebersamaan dan meningkatkan toleransi antarsuku bangsa yang tinggal di kota itu. Pada tahun lalu Parade Kebudayaan itu disaksikan lebih dari 50.000 orang, bersamaan dengan penyelenggaraan Piala Dunia 2006, di mana Jerman menjadi tuan rumah. Kala itu, Indonesia berada di urutan keempat. Selain parade, acara dimeriahkan pula dengan panggung hiburan, bazar dan arena bermain bagi anak, yang diikuti sekitar 120 organisasi masyarakat. Indonesia dalam bazaar menjual berbagai makanan tradisional. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007