Seharusnya kita bangga luar biasa. Saya salut lihat Bio Farma sudah 128 tahun eksis, dan jadi nomor empat terbaik di dunia dari 200 perusahaan vaksin."
Bandung (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan seharusnya masyarakat Indonesia bangga dengan vaksin yang diproduksi PT Bio Farma karena telah diekspor ke 136 negara dan menjadi salah satu pemasok besar kebutuhan vaksin di dunia.
"Seharusnya kita bangga luar biasa. Saya salut lihat Bio Farma sudah 128 tahun eksis, dan jadi nomor empat terbaik di dunia dari 200 perusahaan vaksin," kata Nila dalam kunjungannya ke PT Bio Farma di Bandung, Sabtu.
Nila menjelaskan Bio Farma merupakan perusahaan vaksin paling besar setelah Eropa, Amerika Serikat, dan India di dunia. Selain itu, sebanyak 70 persen kebutuhan vaksin secara global dipasok dari Indonesia, India, dan China.
Vaksin Bio Farma juga telah mendapat sertifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Di Asia Tenggara, Bio Farma menjadi satu-satunya produsen vaksin yang mendapat sertifikasi dari WHO.
Nila menyangkal anggapan yang ada bahwa vaksin Bio Farma yang murah, atau bahkan gratis bukan berarti kualitasnya tidak lebih bagus dari produk impor.
"Kenapa pertanyakan seolah-olah vaksin Bio Farma mutunya beda dengan produk luar. Padahal tidak," kata Nila. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan membeli langsung produk vaksin Bio Farma dan memberikan secara gratis kepada masyarakat dalam program imunisasi rutin.
Direktur Utama Bio Farma Juliman menerangkan Bio Farma telah mengekspor produknya ke 136 negara dan 50 di antaranya merupakan negara-negara Islam.
"Kami ekspor ke 50 negara Islam, termasuk Saudi. Sampai saat ini tidak ada isu halal haram," kata Juliman.
Pemerintah Indonesia tengah melaksanakan imunisasi ulang atau "Outbreak Response Immunization" (ORI) terkait kejadian luar biasa (KLB) difteri di 85 kabupaten-kota pada 11 provinsi Indonesia.
Pemerintah memastikan ketersediaan vaksin difteri yang diproduksi oleh Bio Farma mencukupi untuk pelaksanaan ORI maupun imunisasi rutin.?
Selain itu pemerintah memastikan ketersediaan antidifteri serum (ADS) untuk pengobatan pada pasien yang positif terjangkit difteri cukup untuk 2018.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018