Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero), Daenulhay, mengatakan, pihaknya optimistis dapat melaksanakan program privatisasi melalui pola IPO (Penawaran saham terbatas) meskipun pada tahun buku 2006 mengalami kerugian Rp135 miliar. "Dari informasi BEJ meski kami rugi tetapi tetap bisa IPO asalkan tetap dalam papan pengembangan," kata Daenulhay di Jakarta, Selasa. Pelaksanaan privatisasi KS memang sempat ditunda yang semula direncanakan pada 2007 kemudian diundur hingga 2009. Hal itu karena kondisi perusahaan belum memungkinkan sehingga pelaksanaan IPO dinilai tidak akan meningkatkan "value creation" tetapi justru sebaliknya menyebabkan turunnya nilai perusahaan di mata investor. Meski begitu Daenulhay mengatakan, pihaknya telah menyiapkan road map yang jelas soal restruturisasi dan privatisasi perusahaan holding termasuk juga dua anak perusahaan, yaitu PT KHI Pipe Industries dan PT Pelat Timah Nusantara. Bahkan untuk dua anak perusahaan tersebut, manajemen menargetkan pelaksanaan privatisasi melalui IPO dan strategic parter. "Privatisasi adalah amanat RUPS maka itu harus kami laksanakan," katanya. Pada kesempatan yang sama, Daenulhay mengatakan manajemen mengalami kerugian pada 2006, antara lain disebabkan oleh tingginya harga bahan baku pada 2005 yang akhirnya anjlok pada semester satu 2006 (akibat kebijakan ekspor pemerintah China). "Selain itu dana operasional juga banyak terserap ke energi, termasuk BBM, gas, dan listrik," katanya. Ia mengatakan, tecatat pada semester satu 2006, terjadi peningkatan cost untuk alokasi listrik sebesar Rp162 miliar akibat menurunnya pasokan BBM dari Pertamina. "Sebenarnya kalau ditotal kami berpotensi merugi hingga Rp250 miliar tetapi berkat beberapa aksi korporasi kami berhasil menekan hingga pada akhir tutup buku tersisa rugi Rp135 miliar," katanya. Berdasarkan rekaman jejak beberapa tahun sebelumnya, KS hampir tidak pernah merugi. Tercatat pada 2002 hingga 2005, perusahaan berhasil membukukan laba. Pada 2002, KS laba sebesar 233,1 miliar, 2003 sebanyak 110,6 miliar, dan pada 2005 sebesar Rp185 miliar. Menurut rencana, KS akan meningkatkan produksi baja secara bertahap hingga 2020, dengan tahapan 5 juta ton, 10 juta ton (2013), hingga 20 juta ton per tahun pada 2020. "Konsumsi baja per kapita Indonesia hanya 24 kg atau paling rendah di Asia Tenggara, Malaysia saja mencapai 270 kg per kapita. Ini artinya peluang bisnis baja kita masih terbuka lebar," katanya. Ia mengatakan, hingga kini bukan hanya India, Korea, dan Jepang yang berminat untuk aliansi dengan perusahaan BUMN itu tetapi juga sejumlah negara di Eropa.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007