Palangka Raya (ANTARA News) - Puluhan investor yang bergerak di bidang perkebunan besar swasta (PBS) batal dan menunda rencana investasinya di Provinsi Kalimantan Tengah karena areal lahan yang ada di wilayah setempat telah habis terkapling-kapling. "Untuk sementara proses perijinan baru soal permintaan areal perkebunan memang tengah di-'pending', karena areal yang ada saat ini telah penuh disesaki tiga ratusan investor lain selama bertahun-tahun terakhir," kata Kepala Dinas Perkebunan Kalteng, Farinthis Sulaeman, di Palangka Raya, Senin. Menurut dia, hampir semua Kabupaten/Kota se-Kalteng tercatat telah mendapat permohonan dari puluhan perusahaan yang mengajukan investasi bidang perkebunan, namun belum dapat dikabulkan karena keterbatasan areal. Ia mengemukakan, kondisi investasi perkebunan kini sedikit terhambat dengan belum kelarnya revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalteng karena berdasarkan RTRWP lama tahun 2003, sudah tidak tersedia lagi lahan kosong bagi perkebunan baru. Dalam Perda No.8 Tahun 2003 tentang RTRWP yang lama disebutkan luas KPP (kawasan pengembangan produksi) dan KPPL (kawasan pemukiman dan penggunaan lainnya) di Kalteng "hanya" 4,7 juta hektar, masih termasuk kawasan sungai, danau, dan lainnya. Dari total luasan itu, empat juta hektar di antaranya telah dikuasai oleh perkebunan besar. "Catatan terakhir, 313 perusahaan perkebunan mempunyai ijin konsensi di lahan seluas empat juta hektar sehingga kondisinya sudah sangat jenuh dan bila akan masuk lagi perkebunan baru maka harus ada pelepasan kawasan hutan," ujarnya. Farinthis menggambarkan, kebutuhan pengembangan ruang wilayah di Kalteng untuk kawasan non-hutan dalam 20 tahun ke depan sedikitnya membutuhkan tambahan dari 4,7 juta hektar menjadi sekitar 6 juta hektar untuk KPP dan KPPL. Dari luas itu, kebutuhan pengembangan perkebunan diperkirakan minimal seluas 500 hektar lagi sehingga total kawasan perkebunan di Kalteng dapat mencapai 4,5 juta hektar hingga lima juta hektar. Farinthis juga mengaku, kebutuhan ruang itu belum akan dioptimalkan sebelum kapling lahan oleh ratusan perkebunan seluas empat juta hektar melaksanakan operasionalnya terlebih dulu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007