Beirut/Amman (ANTARA News) - Para pemberontak melancarkan serangan balasan terhadap pasukan pemerintah Suriah dan sekutunya di Provinsi Idlib pada Kamis, dan berusaha menahan gerak maju yang menyulut ketegangan dengan Turki sebagai negara tetangga Suriah.
Pertempuran berkobar di kawasan itu, tempat ofensif pemerintah yang disokong milisi dukungan Iran dalam dua pekan terakhir, menurut pemberontak dan layanan berita militer yang dijalankan kelompok Hizbullah Lebanon, yang bertempur di sisi pemerintah.
Provinsi Idlib merupakan bagian terbesar dari Suriah yang dikuasai para pemberontak yang memerangi rezim Presiden Bashar al-Assad dan penduduknya adalah warga Suriah yang telah melarikan diri dari bagian-bagian lain di Suriah yang dilanda pertempuran. Bashar mengalahkan para pemberontak di banyak bagian Suriah barat dengan sokongan dari Rusia dan Iran.
Eskalasi militer terbaru di Suriah barat termasuk serangan dengan menggunakan pesawat-pesawat tanpa awak (drone) yang tak terduga atas pangkalan-pangkalan militer Rusia membayangi usaha-usaha Moskow untuk menyelenggarakan sebuah pertemuan perdamaian akhir bulan ini.
Layanan berita yang dijalankan Hizbullah mengatakan tentara dan para sekutunya membalas serangan sengit oleh Fron Nusra, yang pernah berafiliasi dengan Alqaida dalam perang Suriah, dan kelompok-kelompok yang terkait dengannya.
Para pemberontak yang berada di bawah panji Tentara Pembebasan Suriah (FSA) mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka telah melakukan operasi-operasi gabungan untuk melancarkan serangan tersebut dan menguasai sejumlah kawasan yang dikendalikan pemerintah di bagian timurlaut Hama dan selatan Idlib.
"Operasi ini adalah untuk menghajar rezim itu di wilayah-wilayah pembebasan dan mengepung pasukan yang bergerak maju," kata Abdul Hakim al Rahamon, pejabat senior di Jaish al Nasr, sebuah faksi FSA yang ikut serta dalam pertempuran.
Tahrir al-Sham (HTS), sebuah aliansi yang dipimpin Fron Nusra, pasukan yang dominan di Idlib, menyatakan pihaknya sudah membuat capaian-capaian.
"Dengan ridha Alla kami membuat rencana-rencana dan menyiapkan diri dan mengepung mereka," kata Abu al Naji, seorang panglima dari Tahrir al Sham. "Kami telah membunuh banyak tentara dan sekutunya."
Para pemberontak mengatakan mereka telah merebut sebanyak 15 desa dan menahan 60 tentara pemerintah. Sebuah sumber militer Suriah membantahnya dan menolak omongan pemberontak tentang serangan balasan sebagai propaganda. Sumber itu mengatakan pertempuran-pertempuran berkobar sengit di kawasan itu dan gerak maju tentara berlanjut.
Sumber-sumber pemberontak mengatakan pesawat-pesawat tempur menyerang Khan Sheikhoun dan Saraqeb, dua pusat yang banyak penduduknya di Provinsi Idlib.
Serangan-serangan tentara dan para sekutunya telah membuat Turki menyiagakan pasukannya di wilayah bagian utara Idlib dan membangun pangkalan-pangkalan yang dikatakannya merupakan bagian dari persetujuan dengan Iran dan Rusia mengenai zone de-eskalasi di Idlib.
Pemerintah Turki mengatakan ofensif Idlib membahayakan usaha mencapai resolusi konflik itu dan menuduh pemerirntah Suriah menggunakan dalih untuk memerangi para militan guna melancarkan serangan berskala besar.
Ankara merasa cemas pertempuran yang membesar dan meluas di Idlib dapat menyebabkan puluhan ribu warga Suriah melarikan diri dari medan pertemupran di perbatasannya dengan jumlahnya jauh lebih banyak dari yang sekarang melarikan diri, demikian Reuters.
(Uu.M016)
Pewarta: LKBN Antara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018