Shanghai (ANTARA News) - Gubernur Bank Sentral China, Zhou Xiaochuan, mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat mengesampingkan kenaikan kembali tingkat bunga untuk mendinginkan perekonomian terbesar keempat di dunia sehubungan adanya kekhawatiran tekanan inflasi yang lebih besar. "Kami tidak mengesampingkan kenaikan tingkat bunga lagi sehubungan data inflasi kemungkinan naik lagi," kata Zhou, seperti dikutip oleh China Securities Journal edisi Senin. "Kami telah menyesuaikan tingkat bunga, namun inflasi kemungkinan naik tipis," kata Zhou saat berada di Basel, Swiss, pada akhir pekan lalu, manakala ia menghadiri pertemuan bankir bank sentral di Bank for International Settlements (BIS). Ia juga mengatakan, memperkirakan pertumbuhan ekonomi China, yang tumbuh 11,1 persen pada kuartal pertama, akan melambat pada kuartal kedua, kata surat kabar itu. Bank sentral China telah menaikkan tingkat suku bunga dua kali pada tahun ini dan lima kali mensyaratkan bank komersial untuk menempatkan lebih banyak dana dalam cadangan dalam upaya untuk mendinginkan inflasi, investasi aset tetap dan spekulasi pasar modal. Namun, langkah-langkah tersebut tampaknya berdampak kecil dalam mengekang "booming" investasi, meningkatkan keprihatinan diantara pejabat bahwa likuiditas yang berlebihan yang mengganggu perekonomian bahkan akan lebih keras untuk mengandung dan secepatnya membawa ke penurunan mendadak dalam pertumbuhan ekonomi. "Kesenjangan waktu yang ada antara peluncuran kebijaksanaan pengetatan dan itu berdampak pada perekonomian, lebih awal itu diluncurkan akan lebih efektif dia," kata Sun Lijian, profesor keuangan Universitas Fudan yang berbasis di Shanghai, dalam halaman opini yang dipublikasikan dalam surat kabar China Daily, Senin. Laporan dalam China Securities Journal mengusulkan, agar bank sentral menaikkan tingkat bunga pada saat sekitar pengumuman data ekonomi untuk kuartal kedua pada Juli, dengan mengutip analis. Biro statistik China dijadwalkan akan menyiarkan data pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua dalam konferensi pers pada 18 Juli, sedangkan data inflasi untuk Juni dijadwalkan pada 19 Juli. Perekonomian China diperkirakan akan melambat sedikit menjadi 10,8 persen pada kuartal kedua, kata Pusat Informasi Negara, lembaga riset negara utama pada Mei, demikian laporan AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007