Jakarta (ANTARA News) - "Saya titip masyarakat korban lumpur Porong," kata Zannuba Arifah Chafsoh Rahman (Yenni Wahid), saat ditanya pers mengenai pesan terakhir selaku salah seorang staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ditemui di bekas kantornya di Gedung Bina Graha Komples Istana Presiden di Jakarta, Senin sore, Yenni yang sedang sibuk mengemasi barang-barangnya itu bertutur singkat mengenai pesan dan kesannya selama bertugas menjadi Staf Khusus Presiden Yudhoyono untuk Bidang Komunikasi Politik, dan kepeduliannya pada nasib korban lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Pertengahan bulan ini, Yenni Wahid pernah bermalam bersama korban lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. ketika mengunjungi Posko Gus Dur di lokasi pengungsian Pasar Baru Porong, Sidoarjo. Saat itu, ia mengatakan bahwa dirinya ingin melihat secara langsung kehidupan korban luapan lumpur Lapindo di pengungsian, serta ikut menikmati makan nasi bungkus, mengusir kerubutan nyamuk dan berkomunikasi dengan mereka. "Kalau Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani berpesan, agar komunikasi tetap dijalankan dan beliau berdua tetap ingin saya seperti anggota keluarga," ujarnya, sambil memasukkan sejumlah foto pribadinya ke dalam kardus. Yenni yang sore itu mengenakan baju panjang dan kerudung berwarna abu-abu tampak seorang diri mengemasi seluruh barang-barang pribadinya yang sebagian berupa buku-buku koleksinya. Menurut putri kedua mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu, banyak kesan dan pengalaman yang dia peroleh selama mendampingi Presiden Yudhoyono 1,5 tahun terakhir. "Hubungan dengan sesama staf khusus presiden juga baik, kami saling mendukung," katanya. Salah satu pengalaman yang menurut dia tidak terlupakan adalah ketika memperoleh ucapan selamat ulang tahun dari banyak orang ketika melakukan perjalanan ke China bersama Presiden Yudhoyono. Pada kesempatan itu gadis bershio macan tersebut juga menuturkan bahwa dia tidak lagi canggung jika harus menyanyi di depan publik sejak mendampingi Presiden Yudhoyono. "Karena, terlalu sering disuruh menyanyi," ujarnya, sambil tergelak dan menambahkan bahwa lagu favorit yang selalu dibawakannya adalah "Juwita Malam" karya Ismail Marzuki. Beberapa buku yang tampak menjadi koleksi Yenni, antara lain adalah "Journeys Trhough Southeast Asia" karya Karim Raslan, "The Life of Mahatma Gandhi" karya Louis Fischer, "Burung-Burung Manyar" karya YB Mangunwijaya dan "Islamku, Islam Anda, Islam Kita" karya Abdurrahman Wahid. Yenni mengaku bahwa barang pribadinya yang tidak berupa buku tidak banyak, antara lain adalah tiga buah lukisan wanita Indonesia tempo dulu yang menghiasi dinding menuju pintu ruang kerjanya, hiasan meja berbentuk huruf "Z" berwarna perak, sebuah patung macan yang merupakan simbol shio tahun kelahirannya dan sejumlah foto-nya bersama ayah dan sahabat-sahabatnya. Setelah mengundurkan diri dari jabatan staf khusus Presiden, Yenni mengatakan bahwa dia akan lebih berkonsentrasi pada kepentingan masyarakat dalam posisinya sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (Sekjen DPP PKB). "Mundur dari posisi ini juga memberikan pelajaran bagi saya bahwa tidak ada jabatan yang harus dipegang erat-erat," ujarnya. Pada kesempatan sebelumnya, Yenni mengatakan bahwa posisinya sebagai Sekjen PKB akan membuatnya sulit untuk bekerja secara penuh sebagai Staf Khusus Presiden. "Sulit bagi saya untuk merangkap jabatan karena tidak akan adil bagi keduanya. Untuk mengabdi pada masyarakat tidak perlu berada di istana," katanya. Yenni juga membantah pengundurannya disebabkan Gus Dur saat ini sering mengkritik kebijakan presiden, karena menurut dia, kritikan Gus Dur harus dilihat sebagai suatu hal yang positif. "Gus Dur juga sering memuji Presiden, tetapi tidak termuat di media massa. Ketika harus memuji dia akan memuji, ketika harus mengeritik dia akan mengkritik," katanya. Kritikan Gus Dur, katanya, justru membuktikan rasa sayangnya pada presiden, karena kalau tidak sayang Gus Dur tidak akan mengingatkan. "Pengunduran diri ini merupakan keputusan saya, yang sudah meminta restu Gus Dur sebagai orang tua, dan pemimpin saya dalam partai," katanya. Yenni diangkat sebagai staf khusus presiden pada Januari 2006, untuk membantu Presiden di Bidang Komunikasi Politik. Pada 25 Mei 2007, dalam rapat DPP PKB Yenny ditunjuk menjadi Sekjen DPP PKB menggantikan Lukman Edy yang diangkat Presiden menjadi Menteri Percepatan Daerah Tertinggal. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007