"IOC menerima dengan senang hati kesepakatan yang telah dicapai oleh Republik Korea (Korea Selatan) dan Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea UTara). Kesepakatan itu menandai sebuah langkah besar dalam semangat Olimpiade," kata Presiden IOC Thomas Bach dalam situs resmi OCA yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Keikutsertaan di PyeongChang menjadi tonggak kembalinya Korea Utara dalam salah satu kejuaraan Olimpiade setelah langkah boikot pada Olimpiade Musim Panas di Seoul pada 1988.
IOC akan menunggu laporan resmi terkait pertemuan Korea Utara dan Korea Selatan yang berlangsung pada Selasa (9/1), terkait jumlah dan nama-nama atlet, serta format keikutsertaan Korea Utara dalam Olimpade Musim Dingin 2018.
Meskipun atlet-atlet Korea Utara tidak memenuhi kualifikasi dalam Olimpiade Musim Dingin ke-23 itu, IOC menyatakan aturan itu bersifat fleksibel dan jaminan sejumlah olahraga tambahan Olimpiade bagi Korea Utara.
Pasangan atlet seluncur indah Korea Utara Ryom Tae-ok dan Kim Ju-sik telah memenuhi kualifikasi pada September 2017 untuk turut serta dalam Olimpiade Musim Dingin 2018. Tapi, federasi nasional olahraga negara mereka melewatkan batas akhir pendaftaran pada 30 Oktober.
Baca juga: Korea Utara dan Selatan mulai pembicaraan
Sementara, Presiden OCA Sheikh Ahmad Al Fahad Al Sabah meyakini kekuatan olahraga untuk menyatukan dunia yang ditunjukkan dalam keikutsertaan Korea Utara di PyeongChang.
"Itu adalah langkah awal yang positif pada tahun baru pergerakan Olimpiade internasional dan langkah jangka panjang perdamaian di semenanjung Korea," ujar Sheikh Ahmad.
OCA, lanjut Sheikh Ahmad, berharap melihat dua bendera negara Korea itu berkibar bersama di PyeongChang sebagaimana bendera negara-negara lain peserta Olimpiade Musim Dingin.
"Kami masih mengingat keikutsertaan Korea Utara pada Asian Games ke-17 di Incheon, Korea Selatan, pada 2014. Kehadiran mereka menjadi perhatian dari masyarakat dan media massa," ujar Sheikh Ahmad.
Sheikh Ahmad mengharapkan atlet-atlet Korea Utara mampu meraih sukses di Pyeongchang yang menjadi awal Era Olimpiade Asia menyusul Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2020 dan Beijing sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.
Baca juga: Korsel dan Korut sepakat pulihkan sambungan hotline militer
Sementara, Presiden OCA Sheikh Ahmad Al Fahad Al Sabah meyakini kekuatan olahraga untuk menyatukan dunia yang ditunjukkan dalam keikutsertaan Korea Utara di PyeongChang.
"Itu adalah langkah awal yang positif pada tahun baru pergerakan Olimpiade internasional dan langkah jangka panjang perdamaian di semenanjung Korea," ujar Sheikh Ahmad.
OCA, lanjut Sheikh Ahmad, berharap melihat dua bendera negara Korea itu berkibar bersama di PyeongChang sebagaimana bendera negara-negara lain peserta Olimpiade Musim Dingin.
"Kami masih mengingat keikutsertaan Korea Utara pada Asian Games ke-17 di Incheon, Korea Selatan, pada 2014. Kehadiran mereka menjadi perhatian dari masyarakat dan media massa," ujar Sheikh Ahmad.
Sheikh Ahmad mengharapkan atlet-atlet Korea Utara mampu meraih sukses di Pyeongchang yang menjadi awal Era Olimpiade Asia menyusul Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2020 dan Beijing sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.
Baca juga: Korsel dan Korut sepakat pulihkan sambungan hotline militer
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018