Pekanbaru (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Daerah Riau, Inspektur Jenderal Pol Nandang, menyatakan bahwa sakit hati merupakan motif terduga pelaku upaya pembakar Istana Siak.
"Karena kecewa, dia melakukan pembakaran," kata Nandang kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Kekecewaan itu, kata Nandang disebabkan pelaku bernama Tengku Said Abdullah alias Faisal (41) dilarang berjualan di salah satu kios komplek Istana Siak.
Menurut Nandang, Faisal diketahui merupakan salah seorang anggota keluarga pewaris kesultanan Siak. Selama ini, Faisal diketahui berjualan pada salah satu kios di komplek Istana Siak.
"Tadinya jualan di belakang Istana Siak. Ada kios dan sekarang dilarang sehingga dia kecewa," tuturnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan Faisal ditangkap di salah satu tempat di Kabupaten Siak. Penangkapan itu merupakan hasil penyelidikan antara Kepolisian Daerah Riau dan Polres Siak.
"Ditangkap di Siak, sekarang dibawa ke Pekanbaru," ujarnya.
Upaya pembakaran Istana Siak terjadi pada Senin awal pekan ini. Beruntung upaya pembakaran cepat diketahui petugas sehingga tidak menimbulkan kerusakan berat.
Hanya saja, akibat upaya pembakaran itu diketahui menyebabkan sejumlah ornamen rusak. Diantaranya adalah Diorama serta Tirai peninggalan bersejarah.
Istana Siak Sri Indrapura atau disebut juga "Istana Matahari Timur", merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang mulai dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim.
Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893.
Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari empat istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri memiliki luas 1.000 meter persegi.
Istana Siak memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang, ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan di samping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta.
Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana.
Sementara pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, kemudian di sebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.
Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018