"Pertumbuhan pendapatan pada tahun 2018 didorong terutama dari melonjaknya porsi pendapatan dari jasa komersial (non aero) menjadi sekitar 45 persen, dari sebelumnya kurang dari 40 persen," kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu.
Menurut Awaluddin, pada tahun 2018 AP II fokus pada pengembangan layanan di 14 bandara yang dikelolanya.
"Tahun 2018, kami juga akan mengoperasikan bandara internasional Kertajati, Jawa Barat, mengelola Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya dan Bandara Notohadinegoro, Jember," tegasnya.
Ia menjelaskan, pada tahun 2018 AP II lebih agresif menggenjot bisnis aero dan non aero melalui program "Airport Growth Faster" ditandai sejak 2017 yang telah menjalankan digitalisasi infrastruktur bandara.
"Kami konsiten mengembangkan fasilitas layanan di seluruh bandara AP II, sehingga mampu mencapai target jumlah penumpang pada tahun 2018 menembus 108 juta penumpang, meningkat dari realisasi tahun 2017 sekitar 100 juta penumpang," ujarnya.
Untuk memenuhi target-target 2018 tersebut, AP II mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk investasi sekitar Rp18,7 triliun, termasuk diantaranya Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3,5 triliun.
"Alokasi investasi terbesar untuk pengembangan uaha dan pengembangan bandara baru," ujarnya.
Dijelaskan, perseroan terus menggenjot kinerja seluruh bandara sehingga tidak ada lagi yang mengalami defisit.
"Kita tidak menyebut bandara merugi, tapi yang kita lakukan adalah mengubah komposisi biaya yg sebelumnya masuk kategori "sunk cost" kemudian digeser menjadi biaya produktif," ujarnya.
Karena itu tambah Awaluddin, pihaknya harus mampu melayanai maskapai dan layanan penumpang, karena dari sisi alat produksinya sudah sangat siap.
"Optimalisasi dengan transformasi biaya dengan digenjot untuk meningkatkan laba di sejumlah bandara, seperti Banda Aceh, Tanjung Pinang dan Bandara Silangit," katanya.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018