Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Senin pagi, melemah sebanyak 12 poin menjadi Rp9.015/9.025 per dolar AS (Pkl 9.30 WIB) dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu pada posisi Rp9.000/9.003, akibat masih berlanjutnya spekulasi lepas rupiah. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Senin, mengatakan koreksi harga terhadap rupiah masih berlanjut, sehingga posisinya menjauhi level Rp9.000 per dolar AS. Rupiah sejak pekan lalu melemah, namun posisinya dinilai masih sesuai dengan keinginan Bank Indonesia (BI), yakni berada pada kisaran tersebut, katanya. Pelaku pasar, menurut dia, memang masih melepas rupiah, karena mereka mengantisipasi menjelang bank sentral Jepang (BOJ) menaikkan suku bunganya untuk memicu yen yang selama ini terpuruk. Merosotnya yen sedikit banyak berpengaruh terhadap pergerakan pasar uang domestik, khususnya rupiah, ujarnya. Ia mengatakan, meski rupiah terpuruk masih ada ruang untuk menguat kembali, apabila bank sentral AS (The Fed) jadi menaikkan tingkat suku bunganya untuk menekan inflasi yang cenderung meningkat. The Fed sangat khawatir dengan kecenderungan inflasi yang terus menguat yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi AS yang merupakan tujuan ekspor negara-negara Asia, ucapnya. Selain itu, lanjutnya, rupiah juga akan mendapat dukungan dengan masuknya kembali arus modal asing yang menempatkan dananya di pasar saham. "Kami optimis rupiah akan kembali menguat kembali di bawah level Rp9.000 per dolar," katanya. Rupiah yang merosot juga mendapat tekanan dari melemahnya pasar saham regional akibat turunnya pasar saham dunia (Wall Street). (*)

Copyright © ANTARA 2007