Per September 2017, beras berkontribusi terhadap kemiskinan di perkotaan 18,8 persen dan di perdesaan 24,52 persen. Sedangkan rokok kretek di perkotaan menyumbang 9,98 persen dan di perdesaan 10,7 persen.
"Jadi, selain beras, rokok kretek juga bisa membuat orang miskin," kata Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro saat jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Sementara itu, komoditi lain yang menyumbang terhadap garis kemiskinan antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, dan juga daging sapi.
Khusus untuk daging sapi, komoditi tersebut berkontribusi terhadap garis kemiskinan sejak dua tahun terakhir. Daging sapi di perkotaan per September 2017 menyumbang 5,71 persen, sedangkan di perdesaan 2,83 persen.
"Untuk daging sapi, ada perubahan pola konsumsi. Mungkin karena perbaikan income dan kesadaran perbaikan gizi, masyarakat mulai konsumsi daging sapi. Ini bagus karena daging sapi sudah jadi kebutuhan," ujar Bambang.
Bambang menambahkan, pemerintah mengarahkan bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk memperbaiki pola konsumsi pangan masyarakat. Pada 2018, BPNT diperluas dari 1,2 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di 44 kota menjadi 10 juta KPM di 217 kabupaten/kota.
Tujuan BPNT yaitu untuk mengurangi beban pengeluaran KPM dan meningkatkan akses pangan, serta memperbaiki investasi pada nutrisi yang kemudian akan meningkatkan nilai tambah bantuan.
Selain itu, BPNT juga untuk memperbaiki perubahan pola konsumsi terutama di perkotaan di mana tren menunjukkan peningkatan konsumsi makanan dan minuman olahan.
Penyaluran secara non tunai juga akan meningkatkan transaksi non tunai, inklusi keuangan, dan pertumbuhan ekonomi di daerah di mana terdapat perputaran komoditas pangan lokal.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018