Jakarta (ANTARA News) - Bekerja pada malam hari berkaitan dengan sejumlah masalah kesehatan, mulai dari penyakit jantung, obesitas, gangguan tidur, dan bahkan sampai kanker.

Para peneliti di China mendapati perempuan yang bekerja pada shift malam 19 persen lebih berisiko mengalami kanker dibandingkan mereka yang tidak bekerja pada malam hari.

Studi yang dipublikasikan dalam Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, jurnal dari American Association for Cancer Research, menganalisis 61 studi yang meliputi empat juta orang di Amerika Utara, Asia dan Australia.

Ketika para peneliti melihat lebih dekat pada tipe kanker yang berkembang di kalangan perempuan, mereka menemukan para perempuan yang bekerja dalam periode yang lebih lama pada malam hari menghadapi risiko kanker kulit 41 persen lebih tinggi, risiko kanker payudara 32 persen lebih tinggi dan risiko kanker sistem pencernaan 18 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja pada malam hari.

Risiko paling tinggi dihadapi para perawat yang bekerja malam; risiko mereka mengalami kanker payudara kalau mereka bekerja malam lebih lama 58 persen lebih tinggi dibandingkan dengan para perawat yang tidak bekerja pada shift malam.

Xuelei Ma, penulis senior makalah itu dari Sichuan University, mengatakan makin lama perempuan bekerja pada shift malam, makin tinggi risiko mereka mengalami kanker. Setiap lima tahun kerja shift malam, risiko kanker payudara misalnya, naik sampai 3,3 persen.

Peningkatan risiko, khususnya di antara perawat perempuan, tidak berarti bahwa perempuan yang bekerja malam lebih rentan mengalami kanker, kata Ma.

Dalam kasus perawat misalnya, level tinggi mereka bisa saja merefleksikan fakta bahwa perawat umumnya lebih mungkin menjalani pemeriksaan dan karenanya kankernya terdiagnosis dibandingkan perempuan pada umumnya.

Seluruh studi dalam masuk dalam analisis itu mungkin tidak cukup mewakili faktor-faktor lain yang berkaitan dengan tingkat risiko kanker seperti diet, aktivitas fisik, dan kebiasaan tidur.

Namun karena banyaknya orang yang dilibatkan dalam studi itu, kecenderungannya layak dipelajari lebih lanjut menurut Ma.

Temuan itu menunjukkan bahwa orang yang bekerja pada malam hari bisa mendapat manfaat dari program pemeriksaan untuk mendeteksi kanker sedini mungkin sehingga masalah bisa segera ditangani.

"Shift malam adalah fenomena sosial yang baru-baru ini muncul dan menjadi populer dan bisa berdampak merugikan bagi kesehatan," tulis Ma dalam surel kepada TIME mengenai hasil studi itu.

"Ini membenarkan bahwa bekerja malam dalam waktu lama mendapat manfaat pemeriksaan tumor dan kebijakan perlindungan bagi personel juga harus dipertimbangkan," katanya.

Ada beberapa faktor yang mungkin membuat para pekerja malam lebih berisiko mengalami kanker tertentu, namun studi-studi terkini pada binatang dan manusia menunjukkan mungkin gangguan tingkat hormon yang menyebabkannya.

Tingkat melatonin, misalnya, yang umumnya naik pada malam hari sebagai respons pada gelap, tertahan saat orang tetap terjaga di bawah cahaya artifisial. Itu bisa berkontribusi pada pertumbuhan tumor karena melatonin adalah antioksidan yang menghambat sel kanker dan juga menekan pertumbuhan pembuluh darah baru yang berhubungan dengan tumor.

Mengacaukan siklus tidur-bangun normal juga dapat mempengaruhi gen yang bertanggung jawab untuk perbaikan DNA, yang bisa memicu pertumbuhan sel secara tidak normal yang menjadi kanker.


Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018