Yogyakarta (ANTARA News) - Gempa yang pusat gempanya di Samudera Indonesia dalam beberapa hari terakhir perlu diwaspadai, karena tampaknya ada pergeseran Lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang terus terjadi dengan kekuatan yang hampir sama. "Itu masih analisa awal dan belum terbentuk pola tetap, namun harus tetap diwasdapai," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Tiar Prasetya, kepada ANTARA, Minggu. BMG mencatat dalam beberapa hari terakhir terjadi enam gempa yang semuanya berpusat di dalam laut di Samudera Indonesia. Pada 21 Juni pukul 20.54 WIB terjadi gempa berkekuatan 5,1 Skala Richter (SR) dengan pusat gempa berada di posisi 9.79 Lintang Selatan (LS) - 107.69 Bujur Timur (BT) atau 272 km Barat Daya Cilacap (Jawa Tengah). Pusat gempa berada di laut dengan kedalaman 33 km. Kemudian pada 23 Juni pukul 14.47 WIB gempa berkekuatan 5,2 SR terjadi di laut yakni 169 km Tenggara Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pusat gempa di posisi 9.48 LS - 110.67 BT ini berada di kedalaman 33 km. Pada tanggal yang sama sekitar pukul 15.10 WIB gempa dengan kekuatan 6,0 SR terjadi di wilayah Ujungkulon, Banten. Pusat gempa juga di laut pada kedalaman 295 km. Masih pada tanggal yang sama (23 Juni) pukul 18.47 WIB terjadi gempa dengan kekuatan 4,8 SR, yang pusat gempanya di posisi 2.11 Lintang Utara (LU) - 97.48 BT atau Barat Daya Singkilbaru, Nangro Aceh Darussalam (NAD) pada kedalaman 33 km di laut. Selanjutnya masih pada tanggal 23 Juni pukul 23.47 WIB gempa dengan kekuatan 4,7 SR terjadi di 36 km Barat Daya Gunungsitoli (Sumut) atau posisi 1.25 LU - 97.27 BT, dan pusat gempa di laut pada kedalaman 33 km. Gempa terakhir 24 Juni pukul 04.09 WIB dengan kekuatan 4,5 SR terjadi di posisi 8.76 LS - 112.57 BT atau 84 km Barat Daya Malang (Jawa Timur), dan pusat gempa pada kedalaman 33 km di laut. Menurut dia, gempa-gempa ini kekuatannya hampir sama, dan tampaknya dalam beberapa hari itu pergeseran batuannya terus terjadi dan bahkan hampir serentak. Pergeseran-pergeseran tersebut tetap menahan dengan kekuatan yang hampir sama pula. "Kekuatan-kekuatan itu bisa terakumulasi, dan ini perlu diwaspadai," katanya. Ia menyebutkan dari gempa-gempa selama ini yang pusat gempanya di Samudera Indonesia seperti di selatan Pantai Pangandaran (Jawa Barat), polanya hampir sama, yaitu gempa yang getarannya terasa kecil, bahkan sering tidak terasa, tetapi terjadi tiba-tiba. "Pola gempa seperti itu memang bukan tipologi yang bisa dijadikan parameter," kata dia. Namun, dari sejarah gempa yang pusat gempanya di Samudera Indonesia, seperti gempa di selatan Bali, Buleleng dan Banyuwangi (Jatim), memiliki potensi akan sering terjadi di kawasan itu dan ini juga perlu diwaspadai. Sementara itu, terkait dengan gempa yang pusat gempanya di Samudera Indonesia, kata Tiar, beberapa wilayah yang berpotensi dilanda gempa besar antara lain Lampung, Selat Sunda, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. (*)
Copyright © ANTARA 2007