Tokyo (ANTARA News) - Saat lelang tahun baru di pasar ikan Tsukiji, Jumat, pemilik dari restoran sushi internasional membayar lebih dari Rp4 miliar untuk seekor tuna sirip biru dan berkata dia "sangat senang" dengan hasilnya.
Tsukiji, pasar ikan terbesar dunia yang jadi salah satu tujuan wisata populer di Tokyo, akan direlokasi tahun ini demi pembangunan jalan yang diperlukan untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Hiroshi Onodera, presiden LEOC Co. Ltd yang memiliki restoran "Ginza Onodera", membayar 36,45 juta yen (Rp4,6 miliar) untuk tuna sirip biru Pasifik seberat 405 kg, sekitar 90.000 yen (Rp11,4 juta) per kg.
Harga itu hanya setengah lebih sedikit dari lelang tahun lalu senilai 72 juta yen (sekitar Rp9 miliar), juga di bawah rekor 155 juta yen (Rp19 miliar) yang dibayarkan pada 2013.
"Saya berusaha menang lelang sejak tahun lalu, jadi saya sangat senang," kata Onodera yang perusahaannya juga membuka resoran di New York dan Singapura selain di Jepang.
"Saya benar-benar senang karena ini adalah tahun terakhir di Tsukiji."
Tuna dihargai di dunia sebagai bahan membuat sushi, namun para pakar memperingatkan bahwa meningkatnya permintaan telah membuatnya jadi spesies yang hampir punah.
"Harga mahal yang dibayarkan hari ini untuk seekor tuna sirip biru Pasifik tidak boleh jadi pengalih dari status spesiesnya, yang telah berkurang lebih dri 97 persen selama bertahun-tahun karena terlalu banyak ditangkap," kata Jamie Gibbon, pakar tuna sirip biru Pasifik untuk Pew Charitable Trusts dalam pernyataan.
"Jika negara-negara terus menangkap di luar batas... kelangsungan spesies ini akan terancam."
Pasar Tsukiji yang berusia 80 tahun menarik puluhan ribu pengunjung per tahun untuk mendatangi berbagai kios dengan spesies ikan ekstis dan sushi segar, bagian dari ledakan pariwisata yang merupakan bagian penting dari rencana kebangkitan ekonomi Perdana Menteri Shinzo Abe.
"Ini benar-benar pelelangan terakhir di sini, jadi saya memastikan datang untuk menonton," kata Mitsuko Yamaguchi, pemilik toko makanan laut berusia 61 tahun, demikian seperti dilansir Reuters.
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018