Sidoarjo (ANTARA News) - Dalam posisi bersila seorang pria paruh baya nyaris plontos itu terlihat berkonsentrasi di kegelapan malam di atas tanggul lumpur di Kelurahan Siring, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Itulah salah satu kegiatan seorang paranormal yang ikut berupaya menghentikan luapan lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc.
Mulutnya terlihat komat-kamit tak jelas apa yang terucap. Sejurus kemudian ia mengambil sebuah botol berisi air dan diminumnya. Setelah beberapa saat kumur-kumur, air itu disemprotkan ke kolam penampungan lumpur Kelurahan Siring yang tak jauh jaraknya dari tanggul cincin pusat semburan.
Pria paruh baya itu tak sendiri. Ada beberapa orang yang melakukan ritual, namun dengan cara yang berbeda. Mereka ada yang datang sendiri, namun juga ada yang berkelompok. Ada yang datang dari Jawa Timur saja, tapi tak sedikit juga yang datang dari luar Jawa, namun dengan tujuan yang sama, yakni menghentikan semburan lumpur dengan metode alternatif supranatural.
Ketika ANTARA News mencoba mendekati sekelompok orang berbaju putih, terlihat mereka masih belum melakukan ritual tersebut. "Nanti mas. Mulai jam 10 sampai jam 12 malam," kata seorang pengikut aliran Sapto Darmo asal Kediri yang enggan disebut namanya.
Dalam keyakinan pria tersebut, semburan lumpur di Porong merupakan fenomena ketidakseimbangan antara jagad cilik dan jagad gedhe. "Manusia atau jagad cilik terlalu banyak membuat ketidakseimbangan ini. Sebagai responnya, jagad gedhe marah. Manusia harus menjaga keseimbangan itu kembali," katanya.
Sejak lumpur menyembur, sudah tak terhitung paranormal yang mencoba melakukan ritual di sana. Semenjak lumpur masih ditangani Timnas hingga Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), hampir tiap hari ada paranormal yang melakukan aktivitas di sana.
Hubungan Masyarakat (Humas) Badan Pelaksana BPLS Achmad Zulkarnaen di Sidoarjo, Jumat mengatakan pada prinsipnya BPLS tak melarang upaya yang dilakukan paranormal selama tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
"Kami juga memberi kesempatan pada mereka untuk melakukan upaya penghentian semburan dengan cara alternatif. Masak hanya yang bersifat ilmiah saja yang diakomodasi BPLS. Selama tidak minta kompensasi ke BPLS akan kita layani, bahkan kita antarkan ke dekat tempat semburan," katanya.
Ia mengaku, hampir setiap malam, tanggul ring 2 titik 15 di Kelurahan Siring tak ubahnya seperti pasar malam. Mereka menebar tikar di sepanjang tanggul dan beberapa di antaranya melakukan aktivitas ini tak hanya satu malam saja, bahkan sampai berminggu-minggu.
Semntara itu, Koordinator Safety Service Fergaco Doddy Irmawan mengatakan, aktivitas para normal itu memiliki potensi bahaya yaitu dikhwatirkan menghirup gas H2S yang keluar dari pusat semburan. Untuk itu, ia selalu memantau gerombolan paranormal itu sambil membawa alat ukur digital kadar H2S di udara.
"Bahaya juga kalau mereka melakukan aktivitas semalaman dekat semburan lumpur. Untuk itu mereka memang kami batasi tak boleh sampai ke tanggul utama, hanya di tanggul ring 2 ini saja," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007