"Dari kewajiban 40 persen ke sektor produksi, realisasi November 2017 sudah mencapai 44 persen," kata Iskandar di Jakarta, Kamis, menambahkan penyaluran KUR sektor produksi tahun ini meningkat dari tahun 2016 yang tercatat 33 persen.
Rinciannya, penyaluran KUR untuk sektor pertanian meningkat dari 17,4 persen tahun 2016 menjadi 24 persen pada 2017 diikuti sektor perikanan yang meningkat dari 1,2 persen menjadi 1,6 persen. Sementara penyaluran KUR untuk sektor pengolahan meningkat dari 4,1 persen menjadi 5,9 persen dan sektor jasa dari 11 persen ke 12,5 persen.
"Hanya KUR untuk sektor perdagangan yang menurun realisasinya dari 66,3 persen pada tahun 2016 menjadi 56 persen pada tahun 2017," kata Iskandar.
Dengan pencapaian ini, dia merasa optimistis target penyaluran KUR sektor produksi hingga 50 persen dapat tercapai.
"Sektor produksi ini bermanfaat untuk melahirkan jasa baru dan meningkatkan supply, berbeda dengan sektor perdagangan," kata Iskandar.
Hingga akhir November 2017, realisasi KUR telah mencapai Rp95,6 triliun atau 89,6 persen dari target Rp106 triliun dengan rasio kredit bermasalah (NPL) hanya 0,22 persen.
Penyaluran KUR tertinggi dilakukan oleh BRI, mencapai Rp69 triliun atau 96,2 persen, diikuti Bank Mandiri (Rp13,3 triliun atau 102,5 persen), BNI (Rp9,7 triliun atau 80,9 persen), serta BPD (Rp1,6 triliun atau 31,2 persen).
Penyaluran KUR melalui Bank Umum Swasta juga telah mencapai Rp1,3 triliun atau sekitar 24,9 persen.
Iskandar berharap realisasi penyaluran kredit untuk pelaku usaha kecil ini pada akhir 2017 bisa di atas Rp100 triliun.
Sementara itu, dari pagu total KUR pada tahun 2018 sebesar Rp120 triliun, saat ini plafon yang disetujui baru sebesar Rp116,6 triliun.
Besaran suku bunga KUR pada tahun 2018 menjadi tujuh persen per tahun, atau menurun dari suku bunga KUR pada tahun 2017 sebesar sembilan persen per tahun.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018