Makassar (ANTARA News) - Andi Takdir, difabel korban penganiayaan sejumlah oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan mengaku mendapatkan intimidasi dari orang yang mengaku pejabat di pemkab setempat.
"Saya lagi dilobi beberapa orang pejabat Kabupaten Bone untuk meminta perdamaian, saya disuruh mencabut laporan. Tapi saya tetap bertahan, menolak tawaran mereka," ujar Andi Takdir, saat dikonfirmasi, Kamis.
Andi Takdir yang juga Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Bone ini mengatakan, sejumlah orang yang mengatasnamakan pejabat di Pemkab Bone sering mendatanginya dan mencoba mengintimidasinya agar mencabut laporannya.
Namun dirinya tetap tegar dan kukuh untuk tetap memproses laporan tindak penganiayaan yang dialaminya oleh sejumlah pejabat dan anak buah Satpol PP Bone tersebut.
"Saya juga mau dipertemukan sama pak Bupati. Tapi saya tidak mau karena pasti jawaban saya akan menolak tawaran ke saya," ujarnya pula.
Tawaran damai dengan sejumlah uang pun kerap terdengar dari mulut oknum itu, mulai dari tawaran puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.
Ia mengaku jika tindakan intimidasi verbal itu sudah dialaminya sejak laporan penganiayaan ini bergulir di meja penyidik Kepolisian Resor (Polres) Bone atau sehari setelah peristiwa yang terjadi pada 24 Desember 2017.
Menurutnya, teror dan intimidasi itu makin menjadi-jadi setelah polisi menetapkan lima tersangka dari oknum yang melakukan kekerasan itu. Penetapan tersangka oleh polisi ini dikeluarkan pada 28 Desember lalu.
Seperti yang dialaminya pada Senin, 1 Januari 2018 malam lalu. Takdir menuturkan dua orang preman mendatangi rumahnya untuk meminta mencabut laporan itu dan mengancam keselamatan jiwanya.
"Ada dua preman datang ke rumah untuk membujuk saya dan bernada tinggi hingga mengatakan bahwa, `kau tidak akan tenang tinggal di kampung ini kalau persoalan ini tidak selesai sampai di sini," kata Takdir menirukan ucapan preman itu.
Tak hanya malam itu, sejumlah orang mendatangi lagi dan Takdir saat itu malah merekam video dan menyiarkannya secara langsung di media sosial facebook, melalui akun pribadinya. Namun, Takdir menghapus rekaman itu karena orang itu menyebut sejumlah nama pejabat di Bone.
"Ada lagi, saya sempat siaran langsung, tapi saya hapus karena orang itu menyebut nama-nama penjabat Bone, saya hapus siaran langsung itu karena menyebut nama-nama pejabat-pejabat Bone, makanya saya tidak sebarluaskan ancaman tadi," ujarnya pula.
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018