Manado (ANTARA News) - Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo mengatakan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulut pada Desember 2017 cukup terkendali.
"Pada bulan Desember 2017, inflasi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado mencatat inflasi yakni sebesar 0,51 persen (mtm), setelah tercatat mengalami deflasi sejak Agustus hingga November," kata Soekowardojo di Manado, Selasa.
Dia mengatakan realisasi inflasi pada Desember tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata historis bulan Desember lima tahun terakhir (2012-2016) yang tercatat inflasi 1,20 persen (mtm).
Sepanjang tahun 2017, katanya, inflasi bulan Desember juga tidak setinggi inflasi yang terjadi di bulan Januari, Februari dan Juni serta Juli.
Apabila di bandingkan dengan nasional, inflasi Sulut juga lebih rendah dibandingkan realisasi nasional sebesar 0,71 persen (mtm).
Berdasarkan komponen, inflasi bulan Desember 2017 dipengaruhi oleh inflasi seluruh kelompok baik kelompok inti (core), kelompok bahan makanan bergejolak (Volatile Food- VF), maupun kelompok yang harganya diatur Pemerintah (Administered Prices).
Kelompok core tercatat inflasi sebesar 0,36 persen (mtm) yang disebabkan naiknya kelompok core traded dan core non traded khususnya harga barang-barang bangunan seperti seng, semen dan cat tembok serta kayu-kayuan seiring dengan pembangunan pemerintah dan swasta.
Komoditas core lainnya yang mengalami kenaikan harga yaitu ikan tindarung dan martabak sebagai dampak musim liburan yang mendorong konsumsi masyarakat di tengah kurangnya pasokan ikan pada bulan Desember.
Sementara itu, katanya, inflasi kelompok VF tercatat sebesar 0,93 persen (mtm) yang disebabkan oleh komoditas telur ayam ras, bawang merah, pepaya, beras, daun bawang dan daging babi.
Kenaikan harga pada komoditas telur ayam ras didorong oleh meningkatnya permintaan telur untuk pembuatan kue sebagai hidangan Natal dan tahun baru. Kenaikan harga beras disebabkan oleh telah dimulainya masa tanam padi yang terjadi hampir di seluruh provinsi.
Kelompok AP tercatat inflasi sebesar 0,58 persen (mtm) yang terutama disebabkan oleh angkutan udara sebagai dampak tingginya mobilitas masyarakat yang kembali ke Manado dalam rangka merayakan hari raya Natal dan Tahun Baru 2018.
"Sebagai informasi, angkutan udara merupakan komoditas utama penyumbang inflasi di bulan Desember 2017 di tengah turunnya harga cabai rawit dan tomat," jelasnya.
Dengan realiasi Desember tersebut, maka secara tahunan inflasi Sulut tahun 2017 tercatat sebesar 2,44 persen (yoy). Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar 0,35 persen (yoy), namun lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar 5,56 persen (yoy). Inflasi Sulut terus menunjukkan tren perbaikannya. Inflasi Sulut juga tercatat lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 3,61 persen (yoy) pada tahun 2017.
Inflasi Sulut juga lebih rendah dibandingkan dengan provinsi lain. Inflasi Sulut baik bulanan (0,51 persen mtm) maupun tahunan (2,44 persen yoy) berada di bawah Sulawesi Selatan (1,04 persen mtm; 4,44 persen yoy), Sulawesi Tengah (1,87 persen mtm; 4,33 persen yoy), Sulawesi Tenggara (0,68 persen mtm; 3,07 persen yoy); Gorontalo (0,79 persen mtm; 4,34 persen yoy), dan Sulawesi Barat (0,59 persen mtm; 3,79 persen yoy).
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018