Mumpung masih ada pelaku dan saksi sejarah, kami ingin memberikan pencerahan perihal sejarah perjuangan bangsa."
Jakarta (ANTARA News) - Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) menjajaki kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk pelatihan pengetahuan sejarah perjuangan bangsa kepada guru-guru sejarah di sekolah.
"Pengurus LVRI sudah bertemu dengan Mendikbud melakukan pembicaraan awal penjajagan kerja sama ini. LVRI menunggu tindaklanutnya," kata Sekretaris Jenderal LVRI Marsda TNI (Purn) FX Soejitno usai berziarah di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, Selasa.
Ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP), Kalibata, Jakarta, dipimpin oleh Ketua Umum LVRI Letjen TNI (Purn) Rais Abin untuk menghormati jasa para pahlawan sekaligus terus memelihara jiwa juang dan nasionalisme.
Dalam pertemuan dengan Mendikbud, Soejitno mengemukakan, LVRI mempertanyakan perihal mata pelajaran sejarah perjuangan bangsa yang ditiadakan dari kurikulum di sekolah.
"Dampaknya, para pelajar dan pemuda saat ini tidak tahu sejarah perjuangan bangsanya, sehingga tidak memiliki jiwa juang dan nasionalismenya," katanya.
LVRI mengusulkan agar mata pelajaran sejarah perjuangan bangsa diadakan lagi sebagai mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah.
Pengurus dan anggota LVRI, kata dia, sebagai pelaku dan saksi sejarah, siap memberikan pencerahan wawasan kepada guru dan murid, perihal sejarah perjuangan bangsa.
"Namun, karena pengurus dan anggota LVRI jumlahnya terbatas, Mendikbud mengusulkan agar LVRI membuat suatu materi dari hasil kajian, dan kemudian diberikan pelatihan kepada guru-guru mata pelajaran sejarah di seluruh Indonesia, untuk diteruskan kepada para murid," katanya.
Soejitno mengemukakan, veteran ada tiga kategori, yakni veteran pejuang kemerdekaan periode 1945--1949, veteran pejuang Trikora, Dwikora maupun Seroja, dan veteran pasukan penjaga perdamaian dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Veteran pejuang kemerdekaan maupun pejuang trikora, dwikora dan seroja, menurut dia, jumlahnya sudah sangat terbatas, hanya sekira 150 orang.
"Mumpung masih ada pelaku dan saksi sejarah, kami ingin memberikan pencerahan perihal sejarah perjuangan bangsa," katanya.
LVRI menyadari bahwa pengalaman, wawasan dan kemampuan anggotanya berbeda-beda, sehingga nantinya LVRI akan membuat kajian dan cetak biru materi yang akan disampaikan pada pelatihan terhadap guru-guru sejarah.
"Kami menunggu tindaklanjut dari Kemendikbud," demikian FX Soejitno.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018