Jakarta (ANTARA News) - Setelah Teater Mandiri sukses mementaskan aksi tipu-menipu atau "Cipoa" di Festival Seni Surabaya, kelompok yang dipimpin Putu Wijaya ini kembali mementaskannya di Jakarta pada 22-23 Juni 2007. Pementasan yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki itu berkisah tentang Indonesia tempo dulu yang kaya akan tambang emas. Tokoh juragan (Putu Wijaya) adalah seorang pemimpin di areal pertambangan yang memiliki banyak buruh, namun mudah ditipu. Dengan membawa dan terus mengayunkan cambuk panjang juragan itu memacu anak buahnya untuk mencari harta karun berupa emas ribuan karat dengan seorang mandor yang didaulat untuk memantau kinerja buruh-buruh itu. Sang juragan yang menemukan harta karun itu lantas menjualnya pada orang asing yang memiliki banyak uang. Kepada buruh-buruh tambang itu ia mengaku barang temuannya hanya batu tak berharga. Demikian sebaliknya, ketika para buruh yang bekerja sejak pagi buta hingga petang menjelang itu menemukan emas, mereka lantas menipu sang juragan dengan mengatakan bahwa itu hanyalah batu. Sang juragan pun dengan rakusnya merebutnya, dan lantas menjualnya pada saudagar asing. Di akhir cerita, sang juragan merasa menyesal atas kebodohannya menjual sebongkah besar emas dengan harga sebongkah batu. Ia menyesali bahwa tipuan yang dilakukannya pada buruh akhirnya membuat dirinya juga tertipu. Putu Wijaya mengungkapkan gambaran tipu-menipu dalam "Cipoa" ini menggambarkan realitas bangsa ini yang sarat dengan aksi manipulatif dan korupsi yang telah mengakar. "Korupsi bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang menggondol uang negara, tapi juga oleh masyarakat kita secara tanpa sadar karena melihat perilaku pemimpinnya yang korup," katanya. Ia juga tidak bermaksud melancarkan kritik pada pemerintah atau siapa pun juga, namun ingin mengangkat kondisi yang terjadi saat ini dengan lugas, khas gaya kelompok teater yang telah berproses sejak 1971 ini. "Lakon kocak ini tak menyalahkan siapa-siapa, karena semua orang sudah ikut salah. Tak mencela apalagi mengejek siapa pun," ujar pria yang selalu tampil dengan topi pet putihnya ini. Pementasan "Cipoa" diperkuat sejumlah pemain di antaranya Rieke Dyah Pitaloka, Butet Kartaredjasa Yanto Kribo, Ucok Hutagaol, Alung Seroja, Wendy Nasution, dan sejumlah pekerja Teater Mandiri yang telah berpentas ratusan kali di dalam negeri dan luar negeri. Aksi panggung para pemain seolah menjadi magnet bagi penonton untuk tetap berada di kursi hingga dua jam pertunjukan. Guyonan dan celetukan para pemain membawa suasana menjadi riuh dengan tawa penonton dan tepuk tangan. Akting para pemain juga didukung dengan properti panggung yang unik, sederhana, menarik, sekaligus kreatif. Sebagian besar properti itu dibuat dari kain-kain bekas spanduk, kertas-kertas kardus bekas, dan koran bekas yang dirancang menjadi properti panggung yang apik.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007