Samarinda (ANTARA News) - Kinerja sektor pertambangan di Provinsi Kalimantan Timur pada triwulan III tahun 2017 mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 1,2 persen, lebih rendah ketimbang triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,6 persen.
"Menurunnya pertumbuhan sektor tambang inilah yang kemudian berpengaruh pada perlambatan ekonomi Kaltim di triwulan III-2017 yang tumbuh 3,5 persen, lebih rendah ketimbang triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,6 persen (yoy)," ujar Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur dihubungi di Samarinda, Sabtu.
Sebelumnya, melalui kajian ekonomi dan keuangan regional BI Kaltim, Nur menjelaskan bahwa perlambatan kinerja lapangan usaha pertambangan menjadi penyebab utama deselerasi ekonomi Kaltim triwulan III-2017.
Berdasarkan pangsanya, pertambangan masih mendominasi perekonomian Kaltim pada triwulan III hingga mencapai 43,3 persen.
Sedangkan industri pengolahan menduduki peringkat kedua dengan pangsa sebesar 20,5 persen, disusul oleh konstruksi, pertanian dan perdagangan yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 8,3 persen, 8,1 persen, dan 5,6 persen pada triwulan III.
Menurut Nur, sektor pertambangan mampu menyumbang kontribusi pertumbuhan sebesar 0,6 persen terhadap ekonomi Kaltim triwulan III, walaupun angka tersebut lebih rendah ketimbang kontribusi triwulan sebelumnya yang mencapai 1,2 persen.
Produksi batu bara Kaltim triwulan III-2017 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan data produksi batu bara yang dihimpun dari IHS Energy periode November 2017, produksi batubara Kaltim triwulan III tercatat 53,8 juta ton atau tumbuh 5,8 persen, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 7,8 persen.
Melambatnya produksi batu bara Kaltim triwulan III dipengaruhi oleh tingginya curah hujan di wilayah Kaltim pada tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya.
"Berdasarkan data yang dihimpun dari BMKG, rata-rata curah hujan Kaltim selama Januari-Agustus 2017 sebesar 14,3 milimeter, lebih tinggi dibandingkan rata-rata curah hujan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 12,9 mm," katanya.
Berdasarkan hasil liaison, tingginya curah hujan mengakibatkan banjir di sejumlah situs penggalian dan menghambat proses hauling atau pengangkutan batu bara dari situs pertambangan menuju pelabuhan, karena jalur pengangkutan menjadi sulit dilalui.
Ia juga mengatakan bahwa konsumsi batu bara domestik triwulan III-2017 masih di bawah sasaran penggunaan batu bara domestik yang ditetapkan pemerintah.
Sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.2183 K/30/MEM/2017 tentang Penetapan Kebutuhan dan Presentase Minimal Penjualan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri tahun 2017, perkiraan kebutuhan batu bara dalam negeri sebesar 107,9 juta ton atau 26,13 persen dari total produksi.
"Konsumsi batu bara domestik Kaltim pada triwulan III-2017 tercatat 7,8 juta ton atau
14,4 persen dari total produksi batu bara Kaltim, masih di bawah target pemerintah," tutur Nur.
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017