Yogyakarta (ANTARA News) - Warga Desa Wukirharjo, Prambanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sejak hujan tak lagi turun sekitar sebulan lalu, mulai kesulitan air bersih sehingga harus menempuh jarak sekitar 10 kilometer untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sejumlah ibu rumah tangga warga dusun Losari I Wukirharjo, Jumat, tampak berjalan kaki beriringan menuju sumber air berupa sumur di tengah ladang yang berjarak sekitar 10 kilomter dari desa mereka. Sumur tersebut memang dibangun oleh warga desa Wukirharjo, yang terletak di atas perbukitan, untuk memenuhi kerperluan air bersih, terutama pada musim kemarau. Eni, 27, warga dusun itu mengatakan, dalam sehari dirinya bisa tujuh kali bolak-balik dari rumah ke sumur di ladang itu dengan membawa dua jerigen plastik isi air masing -masing 20 liter. Biasanya, satu jerigen dibawanya dengan cara digendong di belakang punggung dengan kain panjang dan satu lagi dijinjing. Air bersih itu digunakan untuk keperluan memasak, mandi dan memberi minum sapinya. "Kalau lagi musim hujan, bak penampungan air hujan di rumah selalu penuh air dan cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih satu keluarga. Namun, pada musim kemarau saya bersama warga lain harus rela bersusah payah mengambil air bersih dengan jarak sekitar 10 kilometer," ujarnya. Menurut dia, untuk mengambil air bersih di sumur itu, terutama saat puncak kemarau, dirinya harus jalan kaki mulai pukul 01.00 WIB karena jika berangkat Subuh sudah banyak yang antre sehingga sering tidak kebagian air. "Setelah gempa bumi setahun lalu, untuk mencari air bersih pada musim kemarau semakin susah karena banyak mata air yang dekat dengan desa saya tak lagi mengeluarkan air, sedangkan sumber air yang ada letaknya cukup jauh," ujarnya. Warga Desa Wukirharjo lainnya, Sipon,30, mengatakan sejak musim hujan berakhir sebulan lalu, keluarganya harus membeli air melalui pipa yang disalurkan ke bak penampungan air di rumah warga. Air bersih yang harus dibeli itu berasal dari sumber air di desa tetangga yang diangkat dengan diesel dan dialirkan melalui pipa ke rumah warga . Untuk membeli air itu dirinya harus menyediakan uang Rp20.000/bulan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007