Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar (Dubes) Suriah untuk Indonesia, Muhammad Darwish Baladi, Jumat, mengklarifikasi pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi, yang menyatakan bahwa Suriah dan PBNU sepakat mengupayakan suatu konferensi internasional untuk mengakhiri pergolakan antar faksi di Palestina. "Saya perlu mengklarifikasi pernyataan Bapak Hasyim Muzadi tersebut, karena pembicaraan kami dalam pertemuan itu hanya masalah-masalah umum, dan bukan masalah khusus seperti disebutkan Pak Hasyim tersebut," kata Dubes Darwish kepada ANTARA di Jakarta. Pernyataan Dubes Darwish itu sebagai tanggapan atas pemberitaan ANTARA menyangkut pertemuan Dubes Darwish dan Hasyim Muzadi di kantor PBNU di Jakarta, Kamis (21/6). "Tidak ada pembicaraan khusus mengenai upaya melakukan konferensi di Jakarta atau di Damaskus yang dihadiri Iran, Yordania, dan Palestina untuk memecahkan pergolakan antara Palestina-Palestina," kata Dubes Darwish dalam sanggahan tertulisnya kepada PBNU, yang salinannya dalam Bahasa Arab dikirimkan kepada ANTARA. "Saya ingin menegaskan bahwa dalam pertemuan itu saya tidak menyinggung masalah pengadaan konferensi, baik dalam waktu dekat maupun jauh. Apa yang kami bicarakan adalah berkisar pada dialog di antara kami mengenai situasi yang kian memburuk di Palestina. Sayang sekali, situasi tersebut tidak membawa kemaslahatan bagi semua dunia Islam," katanya. Sebelumnya pada Kamis, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menerima kunjungan silaturrahim Dubes Darwish di kantornya. "Dubes Suriah datang ke sini untuk membicarakan konflik Palestina antara Hamas dan Fatah yang semula sudah berhasil diakurkan (didamaikan) atas dorongan Suriah dan NU atau pemerintah Indonesia," kata Hasyim. Dalam pertemuan tersebut, Hasyim didampingi Ketua PBNU Abdul Azis, Wakil Sekjen PBNU Ikbal Sullam dan Wakil Bendahara PBNU Siradjul Munir. Hasyim mengatakan, salah satu langkah yang akan dilakukan PBNU adalah mempertemukan tokoh-tokoh berpengaruh di Timur Tengah, antara lain tokoh Suriah, Iran, Lebanon dan Yordania. "Bisa saja nanti saya yang datang ke Suriah atau mereka yang datang ke Indonesia. Tergantung nanti perkembangannya seperti apa," kata Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) tersebut. Namun, lanjut Hasyim, sebelum melangkah lebih jauh, ia akan melakukan pembicaraan terlebih dahulu dengan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda. "Saya tentu bersedia, tapi harus berhubungan dulu dengan Menlu Hassan Wirajuda. Prinsipnya, Suriah mengajak NU mengambil peran untuk mencari jalan keluar masalah yang kini semakin berat," ujar Sekjen International Conference on Islamic Scholars (ICIS) tersebut. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007