Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia (RI) akan memfasilitasi kepulangan sementara Ceriyati binti Dapin (34), pembantu rumah tangga (PRT) Indonesia yang nekat kabur lewat jendela dan turun dengan tali kain dari lantai 15 kondomonium Tamarind, Sentul, Kuala Lumpur, ke Indonesia. "Pemerintah RI akan memfasilitasi kepulangan sementara Ceriyati agar yang bersangkutan bisa bertemu kembali dengan sanak keluarganya," kata Jurubicara Departemen Luar Negeri RI, Kristiarto Legowo, di Ruang Palapa Deplu, Jakarta, Jumat. Menurut Kristiarto, pertemuan antara Ceriyati dengan sanak keluarganya diharapkan dapat memberikan dukungan moral yang tentunya baik bagi kondisi kejiwaan yang bersangkutan. "Pada saatnya nanti jika diperlukan pemerintah juga akan memfasilitasi kepulangan kembali Ceriyati ke Kuala Lumpur untuk melanjutkan proses hukum yang selama ini sedang ditempuh, khususnya dalam upaya yang bersangkutan untuk mendapatkan kembali hak-hak yang bersangkutan yang diingkari oleh majikannya," katanya. Namun, Jubir Deplu RI belum dapat memastikan waktu pemulangan Ceriyati ke Indonesia. "Belum bisa dipastikan kapan kepulangan yang bersangkutan akan dilakukan, tetapi akan kita fasilitasi dan kita harapkan dapat dilakukan dengan cepat, sehingga dia bisa segera berkumpul dengan keluarganya," ujarnya. Menurutnya, belum adanya kepastian waktu itu dikarenakan masih diperlukannya pengaturan pemulangan Ceriyati, antara lain pemesanan tiket. Sementara itu, Ceriyati hingga kini masih berada dalam penampungan KBRI Kuala Lumpur. Luka-luka yang diderita, yakni bengkak-bengkak di jidat, leher sebelah kanan, dan luka-luka di tangan, sudah agak membaik setelah pada Minggu (17/6) dibawa ke RS Kuala Lumpur. Ceriyati kemudian dibawa ke KBRI Kuala Lumpur, Sabtu sore. Ia langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan. Setelah itu ia dibawa ke Kantor Polisi Sentul untuk dimintai keterangan. Saat dimintai keterangan di Kantor Polisi Sentul, majikan laki-lakinya, Michael Tsen, sudah berada di kantor polisi. "Saya bekerja dari jam 06 pagi hingga jam 02 pagi lagi. Saya hanya dikasih makan sekali sehari. Disuruh bekerja di rumah dan juga pekerjaan majikan perempuan sebagai broker real estate. Pekerjaan rumah tangga sih selalu beres, tetapi pekerjaan di perusahaannya yang sering membuat majikan perempuan selalu memukul saya," ungkap Ceriyati. "Saya dilarang beribadah. Dilarang keluar apartemen. Disuruh tidur di ubin dan selalu dikunci dalam kamar jika majikan laki-laki dan perempuan pergi karena sering dipukul dan disakiti makanya saya nekat kabur," katanya. TKW asal Brebes, Jawa Tengah itu bekerja pada majikan bernama Michael Tsen dan Ivone Siew di sebuah kondomonium Tamarind Sentul sejak empat bulan setengah lalu. Selama empat bulan bekerja, ia juga belum menerima gaji. Ini merupakan pengalaman pertama Ceriyati bekerja sebagai PRT di Malaysia dan di luar negeri. Ia memiliki seorang suami bernama Ridwan dan dua anak yang kini masih tinggal di Brebes. Namun dengan kejadian ini, Ceriyati enggan kembali ke tanah air sebelum membawa uang. Ia dikirim ke Malaysia melalui agen Indonesia, PT Sumber Kencana Sejahtera, dan agen Malaysia yang menampungnya adalah Kemas Cerah Bhd. (*)
Copyright © ANTARA 2007