Ginanjar mengatakan hal itu saat memaparkan refleksi akhir tahun 2017 yang digelar Islam Nusantara Center, di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis.
Mengutip pernyataan Presiden RI Joko Widodo, Ginanjar mengatakan, Indonesia adalah sumber inspirasi bagi negara Muslim dan negara Islam di dunia.
"Banyak negara lain yang ingin belajar mengenai persatuan, persaudaraan, dan toleransi yang ditunjukkan masyarakat Indonesia," katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.
Ginanjar menyebutkan salah satunya ialah Afghanistan yang masih didera konflik persaudaraan hingga kini. Indonesia diminta membantu menyelesaikan konflik masalah domestik yang sudah 40 tahun lebih mereka bertikai dan berperang.
"Sampai sekarang belum selesai, belum bisa menyelesaikan persoalan yang ada di dalam negeri mereka sendiri," kata alumni al-Azhar, Kairo, Mesir ini.
Ia mengatakan Indonesia juga menjadi inspirasi tersendiri bagi negara-negara lain dalam memperjuangkan hak saudara-saudara di negara Rakhine State, Myanmar.
"Perjuangan dan diplomasi Indonesia untuk permasalahan di Rakhine State merupakan salah satu yang paling dilihat dunia," katanya.
Tak kalah penting, imbuh Ginanjar, perjuangan pemerintah bersama dengan rakyat Indonesia mendukung Palestina. Sejak awal berdiri hingga sampai kapan pun Indonesia akan terus bersama dengan rakyat Palestina.
Untuk memperkuat perjuangan pemerintah ini, kata dia, pada 22 Desember 2017 Panglima Santri Nusantara A Muhaimin Iskandar menggelar pertemuan dengan sejumlah duta besar negara-negara Timur Tengah untuk membahas konflik Palestina dan Israel.
Dalam pertemuan itu, hadir duta besar Mesir, Palestina, Iran, Qatar, Arab Saudi, dan Yaman. Panglima santri mengajak duta besar yang hadir untuk menjadikan klaim sepihak Presiden Amerika Donald Trump sebagai alat untuk kemerdekaan Palestina.
Penulis buku Masterpice Islam Nusantara Zainul Milal Bizawie mengatakan, karakteristik Islam Indonensia merupakan wajah baru yang bisa dijadikan sebagai oase pemikiran bagi dunia Arab dan dunia Islam pada umumnya.
Dia menilai, mereka selama ini alergi terhadap segala hal yang berbau Barat, karena Barat identik dengan kolonialisme. Mereka pun mulai melirik wajah Islam lain yang tumbuh subur di Indonesia.
"Islam Nusantara mendapatkan perhatian khusus," tuturnya.
Zainul menyebut apresiasi media berbahasa Arab terhadap Islam Nusantara merupakan modal dan bukti nyata, bahwa keberislaman masyarakat Muslim Indonesia tidak kalah bersaing dengan paham-paham yang berkembang di Timur Tengah.
"Bahkan, kita bisa menyumbangkan pemikiran kita kepada Timur Tengah yang sedang bergejolak," tuturnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017