Bogor (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat melakukan deteksi dini dampak psikososial terhadap pengungsi korban kebakaran di Kampung Coblong, Kelurahan Gudang, Kamis.

Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PPTM) bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Bogor, Firy Triyanti menyebutkan deteksi dini diikuti sebanyak 58 pengungsi secara sukarela tanpa paksaan.

"58 orang ini kami arahkan untuk mengisi SRQ 20, berisikan 20 pertanyaan seputar respon individu terkait bencana yang dialaminya", katanya.

Dari 58 orang tersebut, sebanyak 52 orang pengungsi korban bencana kebakaran menunjukkan gejala depresi. Ini diiukur dari jumlah jawaban "iya" dalam 20 pertanyaan SRQ (self reporting questionnaire) yang diberikan.

Menurutnya, indikator seseorang memiliki gejala depresi diukur dari jumlah jawaban iya ketika menjawab self reporting questionnaire (SRQ 20). Batasannya lebih dari delapan jawaban iya. Sementara hasil SRQ menunjukkan rata-rata menjawab iya sebanyak 14 sampai 16 kali.

"Artinya dalam hal ini mereka yang 52 orang ini mengalami masalah berat karena kehilangan rumah, dan harta benda yang membuat mereka memiliki gejala depresi," katanya.

Ia mengatakan, depresi merupakan respon yang paling sering ditemukan sejalan dengan proses kehilangan yang terjadi. Kondisi tersebut dapat cepat pulih sebelum dua minggu, namun pada individu tertentu dapat berakibat lanjut.

"Untuk itu perlu penanganan segera agar ketahanan mental dan pemulihan kondisi kejiwaan dapat terjadi, sehingga masyarakat dapat membangun kembali kehidupan dengan semangat baru yang penuh harapan," katanya.

Untuk menanggulangi gejala depresi korban bencana kebakaran, Dinkes Kesehatan menurunkan tim kesling jiwa dari sejumlah puskesmas di wilayah koordinator Bogor Tengah, dan melibatkan mahasiswa Pascasarjana Kesehatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan "trauma healing" membangun motivasi dan harapannya sehingga bisa melanjutkan hidupnya pascabencana.

Ia menyebutkan selama masa penyembuhan tim akan melakukan terapis dengan fokus utama 52 orang yang menunjukkan gejala depresi. Tim setiap hari akan memberikan pendampingan.

Ada lima tahapan dalam proses seseorang mengalami kehilangan diawali dengan tahap penolakan, tidak dapat menerima musibah sebagai cobaan yang harus dihadapi.

Dalam fase ini tim akan terus mendampingi mereka, memberikan motivasi, membangun kepercayaan diri dan harapannya, sehingga pada fase kelima, seseorang tersebut dapat menerima coban, dan bisa melangkah dengan lebih optimis.

Untuk membangun motivasi para korban bencana kebakaran, Dinkes Kota Bogor melibatkan tenaga ahli dari Fakultas Ilmu Keperawatan UI yakni Prof Budi Anna Keliat.

Prof Budi Anna Keliat hadir memberikan bimbingan mereka untuk mengelola stress dan melakukan pendampingan dengan cara mengelompokkan 52 orang tersebut lalu oleh tim kesehatan jiwa dibimbing, dan diinterview satu per satu.

"Pertanyaannya seputar apakah masih memiliki harapan, kita bimbing mereka untuk menumbuhkan lagi motivasi hidupnya," kata Firy.

Menurut Firy banyak dari para pengungsi korban kebakaran yang datang ke posko kesehatan mengeluhkan dengan musibah yang mereka alami. Mereka minta ada tim dokter kesehatan hadir untuk membantu mereka secara psikologi.

"Kami menerima laporan dari dokter di posko kesehatan, kebanyakan pengungsi itu mengeluh mereka kehilangan rumahnya, karena kebakaran, mereka khawatir setelah ini akan tinggal di mana," kata Firy.

Kebanyakan harapan yang disampaikan oleh para pengungsi mereka memiliki rumah lagi, dan bisa tinggi serta hidup nyaman. Kekhawatiran tidak memiliki rumah dan harta benda yang membuat mereka mengalami gejala depresi.

Peristiwa kebakaran di Kampung Coblog, Kelurahan Gudang terjadi Senin (25/12) siang, sekitar 40 rumah hangus terbakar, di lahan seluas 8.000 meter persegi. Sebanyak 74 kepala keluarga terdiri atas 271 jiwa yang terdampak. Sebanyak 122 jiwa mengungsi di SDN Empang Dua, sisanya memilih mengungsi di rumah sanak keluarga. Di antara korban terdampak ada 59 anak-anak, dan 212 umum, 137 perempuan dan 134 laki-laki.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017